TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar mengungkapkan pembicaraan antara kelompoknya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait situasi kemanusiaan di Jalur Gaza telah menemui jalan buntu.
“Ini pertemuan yang buruk dan benar-benar negatif,” kata Yahya Sinwar, Senin (21/6/2021).
"Pertemuan dengan delegasi PBB itu menyeluruh dan mereka mendengarkan kami. Namun sayangnya, tidak ada indikasi atau niat untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.”
Sinwar membuat pernyataan itu dalam jumpa pers setelah pertemuan di Kota Gaza dengan delegasi senior PBB, termasuk koordinator khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland.
Baca juga: Pascaperang 11 Hari Israel-Hamas, Warga Gaza Hadapi Pembangunan Ulang yang Habiskan Biaya Mahal
Baca juga: Analisis Pengamat soal Israel Tuding Indonesia, Malaysia, dan Brunei Bohong Terkait Serangan Gaza
Dilansir Al Jazeera, Sinwar juga menuduh Israel “memeras faksi-faksi Palestina, termasuk Hamas” sehubungan dengan penyelesaian situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Perkembangan terakhir (pertemuan Hamas-PBB) ini terjadi kurang dari sebulan setelah Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata yang mengakhiri serangan Israel di Jalur Gaza pada 21 Mei.
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 257 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak.
Tiga belas orang tewas di Israel, termasuk dua anak-anak.
Serangan Israel juga menghancurkan 1.148 unit perumahan dan komersial di Gaza dan sebagian merusak 15.000 lainnya, menyebabkan lebih dari 100.000 warga sipil mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola PBB dan komunitas tuan rumah lainnya.
Baca juga: Israel Tuding Pimpinan Indonesia, Malaysia, dan Brunei Bohong soal Serangan Gaza, Ini Kata Pengamat
Ancaman eskalasi
Media Israel melaporkan bahwa Sinwar mengancam eskalasi dengan Israel jika tidak mengizinkan Qatar mentransfer dana $30 juta ke Jalur Gaza untuk membantu membayar gaji.
Qatar, dalam beberapa tahun terakhir, telah mendistribusikan ratusan juta dolar tunai untuk memungkinkan Hamas, yang memerintah Gaza, membayar bahan bakar untuk pembangkit listrik di Jalur Gaza, gaji pegawai negeri, dan memberikan bantuan kepada puluhan ribu keluarga miskin.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan pada konferensi keuangan di St Petersburg bahwa negara Teluk yang kaya minyak itu telah menginvestasikan sekitar $1,4 miliar di Gaza sejak 2012.
Baca juga: Jet Tempur Israel Targetkan Jalur Gaza untuk Kedua Kalinya Sejak Gencatan Senjata
Pekerjaan yang hilang
Sementara itu, perusahaan Pepsi Gaza terpaksa menghentikan operasi.
Ratusan orang tanpa pekerjaan karena pembatasan impor Israel yang diperketat ketika Israel menyerang Jalur Gaza selama 11 hari, kata pemilik perusahaan.
“Kemarin, kami benar-benar kehabisan bahan baku, dan sayangnya kami harus menutup pabrik, memulangkan 250 pekerja,” kata Yazeji.
Baca juga: Pesawat Tempur Israel Membombardir Jalur Gaza Lagi
Sebelum pertempuran bulan lalu, katanya, Pepsi Gaza umumnya diizinkan untuk mengimpor bahan-bahan yang dibutuhkan.
Penutupan juga dapat terjadi di pabrik-pabrik Gaza lainnya jika pembatasan Israel dipertahankan, kata para analis.
Israel dan negara tetangga Mesir menjaga kontrol ketat atas perbatasan Gaza dan mengatakan pembatasan diperlukan untuk menghentikan senjata mencapai Hamas dan mencegahnya diproduksi secara lokal.
Mesir dan PBB meningkatkan mediasi pekan lalu setelah serangan udara Israel di Gaza menantang gencatan senjata yang rapuh.
Berita lain terkait Hamas
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)