Beberapa tim peneliti internasional melakukan penelitian dalam beberapa dekade selama pertengahan abad ke-20 untuk menguraikan peran seluler mRNA.
Pada 1990-an, para ilmuwan menemukan cara memasukkan mRNA khusus ke dalam sel, mengarahkan sel untuk membuat protein tertentu.
Nah, penemuan ini pada akhirnya akan membuka jalan untuk mengembangkan vaksin mRNA.
mRNA: mengajari sel kita untuk membuat vaksin sendiri
Vaksin bekerja dengan melatih tubuh kita untuk mengenali virus yang menyerang.
Sementara itu, vaksin tradisional melakukan tugas ini dengan memasukkan bagian virus yang mati, tidak aktif atau dimodifikasi, ke dalam tubuh kita sehingga sistem kekebalan kita dapat belajar mengenali dan melawan 'serangan asing' ini.
Dalam contoh kasus vaksin mRNA Moderna dan Pfizer-BioNTech, tubuh tidak disuntik dengan virus utuh atau bahkan sebagian.
Sebagai gantinya, hanya diberikan mRNA yang menginstruksikan sel mereka untuk membuat versi protein lonjakan SARS-CoV-2.
Instruksi ini mengajarkan sel kita untuk menjadi 'pabrik pembuat vaksin sendiri'.
Di laboratorium, para ilmuwan membuat mRNA sintetis yang mengandung urutan protein lonjakan.
Informasi yang dikodekan ini dikirim melalui tusukan, dan itu menginstruksikan beberapa sel kita untuk memproduksi protein lonjakan.
Lalu protein lonjakan memicu sel kekebalan kita untuk merakit antibodi yang mampu mengenalinya.
Jika virus SARS-CoV-2 yang berada di balik Covid-19 itu menginfeksi orang yang divaksinasi, maka antibodi yang telah terlatih ini akan membunyikan alarm, yang mengarah ke respons kekebalan untuk menangkis infeksi tersebut.
Gagasan mendasar di balik penggunaan vaksin untuk mengajarkan sistem kekebalan tubuh, sebenarnya telah ada sejak 200 tahun lalu.