TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM - Pemerintah Israel menyebut vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech belum mampu mencegah penyebaran virus Corona Delta asal India.
Ini didasarkan fakta kembali meningkatnya kasus virus Corona di Israel dalam sepekan terakhir padahal sebagian besar penduduk Israel telah disuntik.
Tetapi memberi sinyal awal bahwa vaksin tersebut mungkin kurang efektif mencegah penyakit ringan dari varian Delta, kata, Ran Balicer, seorang pakar virus Corona Israel, Senin (5/7/2021).
Tetapi Ran Balicer, ketua panel ahli nasional Israel tentang Covid-19, menekankan terlalu dini untuk menilai secara tepat efektivitas vaksin terhadap varian baru itu.
Dilansir AFP, virus Corona Delta pertama kali diidentifikasi di India pada April 2021, kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Dia menjelaskan karena rendahnya jumlah keseluruhan kasus di antara orang Israel yang divaksinasi penuh.
Baca juga: Pemerintah Iran Pilih Lockdown untuk Cegah Penyebaran Virus Delta
Kemudian, kasus-kasus itu tidak menyebar secara merata di seluruh populasi, semakin memperumit upaya untuk mencapai kesimpulan tentang data.
Balicer, juga chief innovation officer di Clalit, organisasi pemeliharaan kesehatan terbesar Israel (HMO), mengatakan kemunculan varian Delta sebagai strain dominan telah menyebabkan perubahan besar dalam dinamika transmisi.
Peluncuran vaksin Israel yang dimulai pada Desember 2020 merupakan yang tercepat di dunia.
Menjadikan negara Yahudi itu sebagai studi kasus yang diawasi ketat tentang apakah inokulasi massal menawarkan jalan keluar dari pandemi.
Vaksinasi telah menurunkan penularan menjadi sekitar lima kasus baru lokal per hari.
Tetapi angka itu telah meningkat menjadi sekitar 300 dalam beberapa hari terakhir, dengan varian Delta mengamuk.
Sekitar setengah dari kasus harian terjadi pada anak-anak, dan setengahnya di antara orang dewasa yang sebagian besar telah divaksinasi.
“Sampai batas tertentu itu bisa diharapkan karena 85 persen orang dewasa Israel divaksinasi,” kata Balicer.