Baca juga: Pfizer Minta Regulasi AS Sahkan Dosis ke-3 setelah Temukan Tingkat Antibodi Naik 10 Kali Lipat
Baca juga: Data Terbaru Kemenkes Israel: Vaksin Pfizer Dosis Ganda 64 Persen Efektif Lawan Varian Delta
EMA tidak menemukan hubungan potensial yang sama antara peradangan jantung dengan vaksin COVID-19 lainnya, seperti AstraZeneca atau Johnson & Johnson, yang cara pembuatannya menggunakan metode berbeda.
Tetapi EMA menyarankan bahwa orang dengan riwayat kelainan darah langka seperti sindrom kebocoran kapiler tidak boleh diberikan suntikan Johnson & Johnson.
Pada bulan Juni lalu, mereka meminta sindrom kebocoran kapiler untuk ditambahkan sebagai potensi efek samping dari AstraZeneca.
Meski ada efek samping, baik EMA maupun WHO menyimpulkan bahwa manfaat vaksin COVID-19 masih lebih besar daripada risikonya.
Tetapi regulator UE menyarankan bahwa efek samping ini harus secara resmi tercantum dalam informasi produk untuk vaksin mRNA sebagai peringatan untuk dokter dan pasien.
Dalam berita lain seputar vaksin Pfizer, Israel melaporkan pada hari Senin penurunan kemanjuran Pfizer dalam mencegah infeksi.
Hal itu diduga karena merebaknya kasus varian Delta di seluruh negara.
Baca juga: Vaksin Moderna dari AS Tiba Minggu Ini, Nakes Siap-siap Vaksinasi Tahap 3
Baca juga: Khusus untuk Nakes, Vaksinasi Dosis Ke-3 Pakai Moderna Mulai Pekan Depan
Tetapi disebutkan bahwa vaksin tetap efisien dalam mencegah penyakit serius.
Pfizer juga mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk menciptakan suntikan booster.
Bosster itu dapat digunakan setelah dosis kedua untuk meningkatkan kemanjuran dalam kasus varian yang sangat menular seperti Delta.
Sementara itu, regulator Uni Eropa mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah lebih dari dua dosis vaksin saat ini diperlukan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar vaksinasi Covid-19