News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Efek Samping Sangat Langka, Radang Jantung Terjadi pada Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Vaksin Pfizer dan Vaksin Moderna. WHO dan regulator di Eropa menemukan hubungan antara vaksin Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis

TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin mRNA, yaitu Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis, CGTN Eupore melaporkan.

European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa efek samping itu terjadi pada "kasus yang sangat jarang".

Kondisi itu lebih sering terjadi pada pria dan anak laki-laki di bawah 30 tahun.

Kebanyakan, radang terjadi setelah dosis kedua vaksin diberikan.

Gejala radang jantung setelah vaksinasi meliputi sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan nyeri dada.

Analisis dari badan keamanan obat-obatan Eropa menemukan bahwa dari 117 juta dosis Pfizer yang diberikan di UE, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein, terdapat 145 kasus miokarditis dan 138 kasus perikarditis.

Baca juga: Tingkatkan Imunitas Lawan Delta, Pfizer Ajukan Izin Darurat untuk Dosis Tambahan Vaksin Covid-19

Baca juga: Komite Keamanan Obat Eropa: Vaksin Pfizer dan Moderna Berisiko Munculkan Peradangan Jantung

Seorang petugas kesehatan angkatan darat menunjukkan botol vaksin Pfizer-BioNTech untuk melawan virus corona Covid-19 di Kolombo pada 7 Juli 2021. (Ishara S. KODIKARA / AFP)

Sementara itu, dalam vaksin mRNA lainnya, Moderna, ada 19 kasus miokarditis dan 19 kasus perikarditis dari 20 juta dosis yang diberikan.

WHO mengatakan bahwa meskipun kondisi tersebut dapat menyebabkan penyakit serius, kondisi tersebut seringkali ringan dan merespon dengan baik terhadap pengobatan konservatif.

Tetapi dalam lima kasus, orang yang mengalami kondisi jantung ini akhirnya meninggal.

EMA mengatakan para pasien itu berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan bawaan.

Kesimpulan dari regulator Eropa ini mengonfirmasi temuan AS bulan lalu.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebelumnya menyimpulkan bahwa peradangan jantung setelah dosis kedua Pfizer lebih tinggi dari yang diprediksi di kalangan pria muda.

Baca juga: Pfizer Minta Regulasi AS Sahkan Dosis ke-3 setelah Temukan Tingkat Antibodi Naik 10 Kali Lipat

Baca juga: Data Terbaru Kemenkes Israel: Vaksin Pfizer Dosis Ganda 64 Persen Efektif Lawan Varian Delta

EMA tidak menemukan hubungan potensial yang sama antara peradangan jantung dengan vaksin COVID-19 lainnya, seperti AstraZeneca atau Johnson & Johnson, yang cara pembuatannya menggunakan metode berbeda.

Tetapi EMA menyarankan bahwa orang dengan riwayat kelainan darah langka seperti sindrom kebocoran kapiler tidak boleh diberikan suntikan Johnson & Johnson.

Pada bulan Juni lalu, mereka meminta sindrom kebocoran kapiler untuk ditambahkan sebagai potensi efek samping dari AstraZeneca.

Meski ada efek samping, baik EMA maupun WHO menyimpulkan bahwa manfaat vaksin COVID-19 masih lebih besar daripada risikonya.

Botol vaksin Moderna diletakkan di atas meja di klinik vaksinasi Covid-19 Hartford Healthcare di pusat komunitas McGivney Gereja Katolik Saint Charles Borromeo, di Bridgeport, Connecticut pada 20 April, 2021. (Joseph Prezioso / AFP)

Tetapi regulator UE menyarankan bahwa efek samping ini harus secara resmi tercantum dalam informasi produk untuk vaksin mRNA sebagai peringatan untuk dokter dan pasien.

Dalam berita lain seputar vaksin Pfizer, Israel melaporkan pada hari Senin penurunan kemanjuran Pfizer dalam mencegah infeksi.

Hal itu diduga karena merebaknya kasus varian Delta di seluruh negara.

Baca juga: Vaksin Moderna dari AS Tiba Minggu Ini, Nakes Siap-siap Vaksinasi Tahap 3

Baca juga: Khusus untuk Nakes, Vaksinasi Dosis Ke-3 Pakai Moderna Mulai Pekan Depan

Tetapi disebutkan bahwa vaksin tetap efisien dalam mencegah penyakit serius.

Pfizer juga mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk menciptakan suntikan booster.

Bosster itu dapat digunakan setelah dosis kedua untuk meningkatkan kemanjuran dalam kasus varian yang sangat menular seperti Delta.

Sementara itu, regulator Uni Eropa mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah lebih dari dua dosis vaksin saat ini diperlukan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar vaksinasi Covid-19

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini