TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte meminta maaf kepada masyarakat karena kasus Covid-19 kembali mengalami kenaikan.
PM Rutte pada Senin (12/7/2021) mengakui bahwa pembatasan virus corona terlalu cepat dicabut oleh pemerintah.
Sehingga tahun ini Belanda mengalami lonjakan kasus infeksi Covid-19 di level tertinggi.
Dilansir Reuters, pada Jumat lalu Rutte kembali menetapkan pembatasan di sejumlah tempat umum seperti bar, restoran, dan klub malam.
Ini dilakukan untuk menanggulangi lonjakan Covid-19 dari kalangan orang dewasa dengan usia yang masih muda.
Baca juga: Gracia Indri Ikut Vaksinasi, Dapat Pfizer, Ungkap Kondisi Terkini di Belanda
Baca juga: 10 Juta Bahan Baku Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia Hari Ini, Menkes: 93 Juta Dosis Siap di Agustus
Kebijakan ini kembali diberlakukan setelah dua minggu sebelumnya pemerintah mencabut sebagian besar pembatasan.
Sebab saat itu kasus Covid-19 mulai mengalami penurunan di Belanda.
"Apa yang kami pikir mungkin, ternyata tidak mungkin dalam praktiknya," kata Rutte kepada awak pers, Senin (12/7/2021).
"Kami memiliki penilaian yang buruk, yang kami sesali dan kami minta maaf," tambahnya.
Permintaan maaf Rutte menandai perubahan sikapnya setelah sebelumnya pada Jumat dia membela pencabutan pembatasan Covid-19.
Rutte juga menolak pemerintahannya dianggap salah urus.
Sikap perdana menteri sempat menuai kritik dari Otoritas Kesehatan karena dianggap membiarkan orang-orang muda keluar lagi.
Infeksi Covid-19 di Belanda mengalami lonjakan tertinggi pada 2021, beberapa hari setelah keputusan pembukaan kembali bar, restoran, dan klub malam dua pekan lalu.
Meskipun sistem tes Covid-19 masih berjalan, banyaknya warga yang keluar ke tempat-tempat hiburan malam tetap membuat infeksi corona membengkak.