TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan di Afrika Selatan masih berlanjut hingga Selasa (13/7/2021), Al Jazeera melaporkan.
Kerusuhan itu terjadi setelah mantan Presiden Jacob Zuma menyerahkan diri kepada pihak berwenang pada Rabu (7/7/2021).
Zuma dihukum 15 bulan penjara karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk memberikan bukti pada penyelidikan yang menyelidiki korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun dia menjabat.
Keputusan untuk memenjarakannya merupakan hasil dari proses hukum yang dilihat sebagai ujian kemampuan Afrika Selatan untuk menegakkan supremasi hukum, termasuk terhadap politisi yang kuat.
Adapun pemenjaraan presiden yang mengakhiri jabatan pada 2018 itu, menimbulkan kemarahan dari orang-orang pro-Zuma.
Baca juga: Afrika Selatan Dilanda Kerusuhan Mematikan sebagai Buntut Pemenjaraan Jacob Zuma
Massa bentrok dengan polisi dan mengobrak-abrik atau membakar pusat perbelanjaan di beberapa wilayah.
Aksi protes yang sudah terjadi selama hampir seminggu itu telah meluas menjadi penjarahan dan curahan kemarahan atas ketidaksetaraan yang bertahan 27 tahun setelah jatuhnya apartheid.
Kemiskinan yang diperburuk oleh pembatasan sosial dan ekonomi yang ketat, yang bertujuan menekan penularan virus corona (Covid-19), juga memicu aksi tersebut.
Para pejabat keamanan mengatakan pemerintah sedang bekerja untuk menghentikan penyebaran kekerasan dan penjarahan, yang sejauh ini telah menyebar dari rumah Zuma di Provinsi KwaZulu-Natal ke Provinsi Gauteng yang mengelilingi kota terbesar di negara itu, Johannesburg.
Presiden Cyril Ramaphosa mengumumkan pada Senin (12/7/2021) malam bahwa dia mengirim pasukan untuk membantu polisi yang kewalahan menghentikan kerusuhan dan memulihkan ketertiban.
Baca juga: Kekerasan dan Penjarahan di Afrika Selatan setelah Penangkapan Mantan Presiden Zuma
Korban Tewas Naik Menjadi 72 Orang
Korban tewas akibat kekerasan selama lima hari di Afrika Selatan telah meningkat menjadi 72 orang, meskipun Presiden Ramaphosa mengerahkan pasukan untuk memadamkan kerusuhan.
"Jumlah orang yang kehilangan nyawa sejak awal protes ini telah meningkat menjadi 72 orang," kata polisi pada Selasa (13/7/2021).
Sebagian besar kematian berkaitan dengan penyerbuan yang terjadi selama insiden penjarahan toko.