Dia menyerukan agar pedoman klinis untuk menilai pasien long Covid diperluas, tidak hanya berkaitan dengan fungsi kardiovaskular dan paru-paru.
Dilansir The Guardian, Akrami mengaku masih mengalami gejala Covid-19, 16 bulan setelah dinyatakan positif.
"Kemungkinan ada puluhan ribu pasien Covid yang lama menderita dalam diam, tidak yakin bahwa gejala mereka terkait dengan Covid-19," katanya.
Para peneliti juga mencatat bahwa pasien dari survei mengalami sakit yang bukan menjadi gejala umum penderita long Covid, seperti kejang, kelumpuhan wajah, alergi baru, dan perubahan kepekaan terhadap pengobatan.
Menurut laporan Forbes, temuan ini memperkuat pemahaman bahwa Covid-19 lebih dari sekedar penyakit pernapasan dan berdampak pada seluruh tubuh.
Baca juga: Bekerja dari Rumah Ancam Kesehatan Mental, Psikolog Sebut Jangan Ragu untuk Beristirahat
Baca juga: Sulit Didapatkan, Pemerintah Cari Obat yang Mirip Actemra Sebagai Alternatif Terapi Pasien Covid-19
Studi ini juga menyoroti bahwa beberapa gejala mungkin hanya muncul setelah berbulan-bulan atau berminggu-minggu pasca infeksi awal.
Tingkat keparahan yang terjadi saat infeksi awal tampaknya tidak terlalu berkaitan dengan kemungkinan menderita long Covid.
Sehingga hal ini membuat anak-anak serta orang yang belum divaksinasi rentan.
Mengingat bahwa sebagian besar penelitian awal hanya mencakup pasien yang dirawat di rumah sakit dan kurangnya kriteria diagnostik yang konsisten, belum diketahui bagaimana umumnya long Covid terjadi.
Studi menyimpulkan bahwa kemungkinan sekitar 10% hingga 30% pasien Covid-19 mungkin terus menjadi "long haulers", meskipun angka ini mungkin berubah seiring bertambahnya penelitian.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)