Pada bulan Februari, setidaknya 79 narapidana tewas di tiga penjara – juga termasuk Guayas dan Cotopaxi – dalam bentrokan antara geng-geng yang bersaing. Guayaquil, kota terbesar di Ekuador, berada di Guayas.
Dalam kerusuhan itu, narapidana dipenggal dan dibakar dalam kekerasan yang mengungkap kekuatan geng penjara dan mengejutkan negara.
Baca juga: 2.000 Warga Ekuador Berdemo di Jalanan, Tak Setuju Kebijakan Pemerintah saat Pandemi Corona
Baca juga: Jenazah Korban Covid-19 Menumpuk di Jalan, Penduduk Ekuador Minta Bantuan ke Pihak Berwenang
Sistem penjara Ekuador memiliki sekitar 60 fasilitas yang dirancang untuk menampung 29.000 narapidana tetapi kenyataannya penjara penuh sesak oleh narapidana dan kekurangan staf.
Para ahli mengatakan, saat ini ada sekitar 38.000 tahanan diawasi oleh 1.500 penjaga, sehingga Lembaga pemasyarakatan kekurangan sekitar 2.500 tenaga.
Ombudsman hak asasi manusia Ekuador mengatakan ada 103 pembunuhan di penjara Ekuador pada tahun 2020.
Kepala pemerintahan Provinsi Cotopaxi mengatakan pihaknya akan memulai proses restrukturisasi total sistem penjara.
Dalam upaya untuk melawan kekerasan, Presiden Lenin Moreno saat itu menyatakan keadaan darurat beberapa kali, termasuk selama tiga bulan tahun lalu.
Sejak awal pandemi virus corona, Ekuador telah menggunakan hukuman alternatif untuk pelanggaran ringan. Inisiatif ini telah mengurangi kepadatan di penjara dari 42 persen menjadi 30 persen. (Tribunnews.com/Aljazeera/BBC/Hasanah Samhudi)