TRIBUNNEWS.COM - Menteri lingkungan dan energi dari Group of 20 (G-20) membuat sedikit kemajuan pada Kamis (22/7/2021) tentang bagaimana mencapai tujuan iklim, The Straits Times melaporkan.
Pertemuan G-20 di Naples, Italia mendiskusikan keanekaragaman hayati dan lingkungan alam pada hari Kamis, sementara energi dan perubahan iklim akan menjadi topik pertemuan hari Jumat.
Para utusan dari masing-masing negara telah berjuang selama berhari-hari untuk menemukan landasan bersama yang berarti pada kedua topik tersebut.
Italia, yang memegang kursi kepresidenan G-20 bergilir tahun ini, mengatakan pernyataan resmi lingkungan akhirnya disetujui dari semua 20 negara setelah "berminggu-minggu negosiasi dan dua hari sesi non-stop".
Pernyataan itu akan diterbitkan kemudian menjelang konferensi pers oleh Menteri Transisi Ekologi Italia, Roberto Cingolani.
Baca: RI Gunakan Presidensi G20 untuk Majukan Kepentingan Negara Berkembang
Baca: Indonesia Dorong Negara G20 Atasi Perbedaan dan Ciptakan Lingkungan Kondusif Bagi Afrika
Pernyataan hari Jumat, yang secara langsung membahas komitmen perubahan iklim, kemungkinan akan lebih menantang.
Dalam pidatonya di G-20, yang dilihat oleh Reuters, Menteri Lingkungan Argentina, Juan Cabandie menyerukan "pertukaran utang" di mana sebagian dari utang negara-negara berkembang diampuni sehingga mereka dapat mendanai transisi ekologis mereka.
Pertemuan G-20 dipandang sebagai tahap perantara utama menjelang pembicaraan iklim global "COP26" yang akan diadakan di Glasgow pada bulan November mendatang.
Urgensi iklim telah menjadi topik bulan ini setelah banjir mematikan terjadi di Eropa, kebakaran di Amerika Serikat dan suhu yang terik di Siberia.
Tetapi negara-negara masih berselisih tentang bagaimana caranya menerapkan kebijakan yang membutuhkan biaya mahal untuk mengurangi pemanasan global.
"Sepertinya tidak akan ada komitmen sama sekali soal uang," kata Oscar Soria dari kelompok aktivis online Avaaz yang berbasis di AS.
"Utara mengatakan kepada selatan 'kita perlu melindungi lingkungan' dan selatan mengatakan 'kita butuh uang untuk itu', dan kepresidenan Italia tidak terbukti sangat baik untuk membuat semua orang berada di posisi yang sama," katanya.