Menurut Prof Aled Jones, dia tidak mengira Inggris masuk dalam daftar negara yang dinilai mampu bertahan.
Sebab saat ini Inggris masih melakukan outsourcing manufaktur, bukan negara dengan penerapan teknologi terbarukan yang cepat, dan hanya menghasilkan 50% pangan untuk dalam negeri.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Sustainability ini mengatakan, bahwa peradaban manusia dalam kondisi bahaya karena kerusakan lingkungan, sumber daya yang terbatas, dan pertumbuhan populasi.
Selandia Baru memiliki potensi terbesar untuk bertahan karena energi panas bumi dan hidroelektriknya, lahan pertanian melimpah, dan kepadatan populasi rendah.
Baca juga: Warga AS dan UE yang Sudah Divaksin Penuh Tak Perlu Karantina Jika Masuk Inggris
Baca juga: Ini Daftar 10 Besar Gaji Pemain Liga Inggris Jika Harry Kane Jadi Bergabung dengan Manchester City
Jones mengatakan, krisis pangan global, krisis keuangan, dan pandemi telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Menurutnya, dunia beruntung karena semua hal ini tidak terjadi secara bersamaan.
Dia juga menyebut, pandemi virus corona telah menunjukkan bahwa pemerintah dapat bertindak cepat saat dibutuhkan.
"Sangat menarik betapa cepatnya kita dapat menutup perbatasan, dan seberapa cepat pemerintah dapat membuat keputusan untuk mengubah banyak hal," ujarnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)