“Terlepas dari berapa banyak silo yang pada akhirnya ingin diisi oleh China dengan ICBM, kompleks rudal baru ini merepresentasikan reaksi terhadap persaingan senjata di mana banyak pemain senjata nuklir (Rusia, India, dan AS) meningkatkan pasukan konvensional dan kemampuan nuklirnya serta pertahanan rudalnya,” kata mereka.
Baca juga: Pidato Pertama Raisi setelah Terpilih Jadi Presiden Iran: Janji akan Kembalikan Kesepakatan Nuklir
Baca juga: Soal Senjata Nuklir Korea Utara, Biden Peringatkan Takkan Beri Pengakuan Internasional seperti Trump
Sejauh ini, tidak ada tanggapan dari pemerintah China atas laporan baru tersebut, sebut Al Jazeera.
Tetapi tabloid milik negara Global Times Selasa (27/8) lalu mengatakan, beberapa orang di China telah menduga bahwa silo yang diklaim oleh AS mungkin merupakan fondasi pembangkit listrik tenaga angin.
Disebutkan bahwa media AS dan lembaga terkait menghebohkan silo China agar dapat menekan negara Tirai Bambu itu dan memberi AS alasan untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya.
Tabloid itu juga menyebutkan bahwa Washington harus tahu bahwa pemberlakuan kebijakan AS yang menekan dan menyebabkan bentrokan strategi China-AS akan membuat China meningkatkan pembangunan pertahanan nuklirnya.
Al Jazeera menyebutkan, Pentagon tampaknya setuju dengan penilaian Korda dan Kristensen tentang perkembangan Hami dan Yumen adalah silo rudal.
Baca juga: Presiden Putin dan Xi Jinping Akan Saksikan Dimulainya Proyek Nuklir China-Rusia
Baca juga: Rudal Anti-pesawat Suriah Meleset dari Sasaran dan Meledak di Dekat Situs Nuklir Israel
"Ini adalah kedua kalinya dalam dua bulan publik mengetahui apa yang telah kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir kerahasiaan yang menyelimutinya," kata Komando Strategis AS dalam sebuah tweet pada hari Selasa.
AS telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian baru pengendalian senjata.
Beijing telah menolak seruan itu, tetapi mengatakan akan mengadakan pembicaraan pengendalian senjata jika AS bersedia mengurangi jumlah persenjataan nuklirnya ke tingkat China. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)