Sebagian dari mereka masih melakukan aksi mogok kerja untuk mendukung kampanye perlawanan sipil nasional.
Baca juga: COVID dan Kudeta: Myanmar Dalam Cengkeraman Krisis Ganda
Rapat ASEAN
Para menteri luar negeri ASEAN akan bertemu pada Senin (2/8/2021) untuk memutuskan utusan khusus yang bakal ditugaskan mengakhiri kekerasan dan memoderatori dialog antara junta dan lawan-lawannya.
PBB, China dan Amerika Serikat, antara lain, telah mengidentifikasi blok Asia Tenggara, yang 10 anggotanya termasuk Myanmar, sebagai yang terbaik untuk memimpin upaya diplomatik untuk memulihkan stabilitas di Myanmar.
Myanmar telah mengalami krisis mematikan karena kudeta, menyebabkan keruntuhkan ekonomi dan ribuan warganya terpaksa mengungsi.
Selain itu, lonjakan infeksi virus corona (Covid-19) telah membuat sistem kesehatan Myanmar kewalahan, memperburuk krisis kemanusiaan dalam sebulan terakhir.
Adapun pencarian utusan khusus dimulai pada bulan April 2021, ketika para pemimpin ASEAN menghasilkan konsensus lima poin untuk mengatasi gejolak di Myanmar.
PBB dan Amerika Serikat sama-sama mendesak ASEAN untuk mempercepat penunjukan utusan khusus dalam beberapa pekan terakhir.
Menteri Luar Negeri kedua Brunei Darussalam, Erywan Yusof, mengatakan pada Jumat malam bahwa dia berharap keputusan akhir akan dibuat pada Senin (2/8/201`),
Untuk diketahui, Brunei adalah ketua ASEAN tahun ini.
"Tanpa utusan yang memimpin, sangat sulit untuk mengatasi situasi di Myanmar," kata Erywan Yusof.
ASEAN telah sangat terbagi pada utusan itu, dan membahas penunjukan lebih dari satu untuk memecahkan kebuntuan.
Baca juga: Junta Myanmar Klaim Temukan 11 Juta Kecurangan dalam Pemilu 2020 yang Dimenangkan NLD
Baca juga: Sejumlah Rumah di Yangon Myanmar Kibarkan Bendera Kuning untuk Meminta Pertolongan akibat Covid-19
Peran Utusan
Empat sumber diplomatik regional mengatakan Erywan Yusof lebih kemungkinan besar akan menjadi utusan dan dibantu oleh penasihat.