Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Permintaan akan asuransi siber yang mengkompensasi kerusakan perusahaan yang disebabkan oleh serangan siber semakin meningkat. Bahkan sebuah perusahaan asuransi Jepang penjualan asuransi cyber meningkat 50 persen.
"Jumlah kontrak untuk produk terkait dari MS & AD Insurance Group Holdings meningkat sekitar 50 persen pada tahun lalu. Serangan terhadap perusahaan dari luar terjadi satu demi satu, dan metodenya menjadi lebih canggih. Latar belakang adalah bahwa telework meluas karena penyebaran infeksi virus corona, dan risiko dari segi keamanan meningkat," ungkap sumber Tribunnews.com, Minggu (1/8/2021).
Asuransi siber adalah mekanisme yang mengkompensasi kerusakan seperti kebocoran informasi dan kegagalan bisnis yang disebabkan oleh serangan seperti akses tidak sah dan peretasan pada jaringan, serta kompensasi untuk biaya yang terkait dengan penyelidikan penyebab dan tindakan pencegahan terulangnya.
Dalam telework, yang telah menjadi mapan karena pandemi corona, ada kasus di mana operasi dilakukan di lingkungan jaringan di mana langkah-langkah keamanan tidak selalu sempurna.
Menurut Asosiasi Asuransi Umum Jepang, meskipun banyak perusahaan telah mengambil beberapa tindakan, ada banyak suara yang mengatakan bahwa "kecelakaan dunia maya tidak dapat sepenuhnya dicegah."
Dalam keadaan ini, jumlah kontrak asuransi siber Tokio Marine & Nichido Fire Insurance dan Sompo Japan juga meningkat sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu.
"Tokyo Marine & Nichido percaya dalam waktu dekat, era berfungsi sebagai infrastruktur sosial akan datang," ungkap seorang eksekutif di Departemen Bisnis Produk Perusahaan Tokyo Marine.
Di sisi lain, ada masalah dengan penyebaran asuransi ini.
Baca juga: Kuasa Usaha Georgia untuk Jepang Minta Maaf, Atletnya ke Luar dari Olympic Village di Harumi Tokyo
Menurut survei Asosiasi Asuransi Umum Jepang, tingkat partisipasi perusahaan domestik hanya sekitar 8 persen.
Sekitar 20 persen perusahaan menjawab bahwa mereka "lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kerusakan dunia maya" sebagai alasan untuk tidak bergabung.
Dan asosiasi tersebut menunjukkan bahwa "rasa krisis masih rendah, terutama di kalangan usaha kecil dan menengah."
"Penyebaran (asuransi cyber) perlu dilakukan dengan kecepatan yang lebih baik agar sesuai dengan kecepatan penetrasi masyarakat digital," ungkap Shinichiro Funabiki, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Jepang yang juga President Mitsui Sumitomo Insurance Co., Ltd.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.