TRIBUNNEWS.COM – Taliban makin bergerak maju, dengan merebut Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan.
Dikutip dari Al Arabiya, para pejabat setempat mengatakan Jumat (13/8/2021) bahwa bentrokan hebat terjadi sepanjang Kamis malam.
"Menyusul bentrokan hebat tadi malam, Taliban menguasai kota Kandahar," kata seorang pejabat pemerintah setempat kepada Reuters, setelah gerilyawan mengumumkan bahwa mereka telah merebutnya.
Namun disebutkan, pasukan pemerintah masih mengendalikan bandara Kandahar, yang merupakan pangkalan terbesar kedua militer AS di Afghanistan selama misi 20 tahun mereka.
Juga disebutkan bahwa saat kota tersebut direbut Kamis malam, para pejabat melarikan diri ke bandara untuk menghindari pengambilalihan.
Baca juga: Situasi Afghanistan Memburuk, Negara Asing Ramai-ramai Kirim Pasukan Untuk Evakuasi Kedubes
Baca juga: Pemerintah Afghanistan Tawari Taliban Pembagian Kekuasaan Asal Akhiri Perang
Jatuhnya Kandahar merupakan pukulan telak bagi pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat, sejak Taliban melancarkan serangan baru jelang selesainya penarikan mundur pasukan AS pada 31 Agustus mendatang.
Penarikan pasukan AS merupakan bagian dari perjanjian yang ditandatangani Taliban dan Amerika Serikat di Doha, Qatar, pada Februari 2020.
Saat itu disepakati militer AS dan sekutu keluar dari Afghanistan pada September, namun belakangan jadwal direvisi hingga Presiden AS Joe Biden menetapkan penarikan mundur selesai 31 Agustus 2021.
Hingga kini, Taliban mengklaim bahwa mereka telah merebut pusat-pusat administrasi di 10 dari 34 provinsi Afghanistan.
Perundingan Doha
Kandahar direbut saat perundingan perdamaian Afghanistan di Doha berakhir di Doha, Qatar, Kamis (12/8/2021).
Baca juga: Amerika Serikat Desak Warganya Segera Tinggalkan Afghanistan, Gunakan Penerbangan Komersial
Baca juga: Pejabat AS: Taliban Bisa Kuasai Ibu Kota Afghanistan dalam 90 Hari
Utusan dari Amerika Serikat, China dan negara-negara lain pada Kamis (12/8/2021) menyerukan percepatan proses perdamaian untuk Afghanistan sebagai masalah yang sangat mendesak.
Mereka menyerukan segera menghentikan serangan terhadap ibu kota provinsi dan kota-kota di Afganistan.
Dikutip dari The Straits Times, sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pembicaraan di Qatar, menegaskan kembali bahwa negara luar tidak akan mengakui pemerintah mana pun di Afghanistan yang dipaksakan melalui penggunaan kekuatan militer.
Pertemuan Doha, yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan damai, terjadi saat para pejuang Taliban melakukan serangan di seluruh Afghanistan.
Pernyataan itu menyerukan penghentian kekerasan dan serangan segera di dan terhadap ibu kota provinsi dan kota-kota lain.
Baca juga: Pemerintah Afghanistan dan Taliban Kembali Bertemu di Doha Bicarakan Perdamaian yang Sempat Mandek
Baca juga: Terancam Dikuasai Taliban Lagi, Ini Fakta Negara Afghanistan yang Sempat Diinvasi AS
Pertemuan itu juga mendesak kedua belah pihak untuk mengambil langkah-langkah untuk mencapai penyelesaian politik dan gencatan senjata komprehensif secepat mungkin.
Para peserta dalam pembicaraan Doha, yang juga termasuk Pakistan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, berkomitmen untuk bantuan rekonstruksi setelah penyelesaian politik yang "layak" tercapai, tambah pernyataan itu. (Tribunnews.com/Alarabiya/TST/Hasanah Samhudi)