Lanchipa mengatakan, dia telah menyerahkan dokumen terkait Anez di mana insiden itu "sementara diklasifikasikan sebagai genosida, cedera serius, dan ringan dan cedera diikuti dengan kematian".
Anez juga menghadapi tuduhan terorisme, hasutan, dan konspirasi.
Oposisi di pemerintahan Bolivia menyesalkan perlakuan pemerintah terhadap Anez dan menyerukan pembebasannya.
Mantan Presiden sentris, Carlos Mesa menuntut diakhirinya "pemenjaraan politik" dan meminta penyelidikan independen atas kondisi Anez.
Keluarga Anez beberapa kali meminta pemerintah untuk memindahkannya ke rumah sakit untuk perawatan hipertensi dan kondisi lainnya.
Jeanine Anez, sosok konservatif ini berkuasa di Bolivia pada November 2019 setelah Morales mengundurkan diri.
Mantan Presiden Morales juga dilaporkan melarikan diri dari negara setelah protes disertai kekerasan selama berminggung-minggu.
Itu adalah protes menentang pemilihannya kembali untuk masa jabatan keempat.
Baca juga: KSP Jelaskan Alasan Presiden Jokowi Terbitkan PP Perlindungan Khusus Anak
Baca juga: AAPP Sebut Korban Tewas akibat Kudeta Myanmar Capai 1.000, Pihak Junta: Dilebih-lebihkan
Anez dilantik sebagai presiden sementara karena menjadi anggota parlemen paling senior pada saat itu, tetapi lawan politiknya menyebut ini sebagai kudeta.
Di bawah pemerintahan Anez, Bolivia mengadakan pemilihan umum yang damai dan transparan pada Oktober 2020 di mana anak didik Morales, Luis Arce menang telak.
Arce berjanji akan mengadili pihak-pihak yang dituduh melakukan kudeta.
Oposisi Bolivia mengecam kurangnya pemisahan kekuasaan di negara itu, dengan mengatakan pengadilan, badan pemilihan, dan kantor kejaksaan semuanya setia kepada Arce.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)