TRIBUNNEWS.COM - Bom bunuh diri terjadi di bandara Kabul, Afghanistan, Kamis (27/8/2021).
ISIS-K, afiliasi Kelompok Negara Islam (IS), mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang menargetkan pasukan Amerika Serikat (AS) dan warga Afghanistan yang tersisa dalam penerbangan evakuasi militer ke luar negeri.
Mengutip Sputnik News, sebanyak 103 orang tewas dalam insiden ini, yang terdiri dari 90 warga sipil dan 13 tentara Amerika Serikat (AS).
Presiden AS, Joe Biden, mengutuk aksi tersebut dan berjanji akan memburu pelaku.
"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan."
Baca juga: Identitas dan Foto Pelaku Bom di Kabul Dirilis ISIS, Kenakan Rompi Bom Bunuh Diri Hitam
Baca juga: Berita Foto : Duka Dan Kengerian Ledakan Bom Bunuh Diri Di Bandara Kabul
"Kami akan memburu Anda dan membuat Anda bertanggung jawab," katanya dalam komentar yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Kamis, dilansir Reuters.
Ia mengatakan telah memerintahkan Pentagon untuk merencanakan bagaimana menyerang ISIS-K.
Siapa ISIS-K?
Mengutip The Telegraph, ISIS-K adalah afiliasi IS yang pernah menguasai sebagian besar wilayah di Suriah Utara dan Irak.
Sejak 2014, kelompok kecil ini sebagian besar berbasis di Afghanistan timur, bagian dari daerah yang dikenal sebagai provinsi Khorasan (asal huruf K dalam ISIS-K).
Menurut think-tank keamanan AS, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), ISIS-K meluncurkan seratus serangan terhadap warga sipil di Afghanistan dan Pakistan dalam kurun waktu 2015-2017.
Kelompok ini juga bertanggung jawab atas sekitar 250 serangan terhadap pasukan AS, Pakistan, dan Afghanistan, selama periode waktu yang sama.
Baru-baru ini, sebuah laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan ISIS-K punya "antara 500-1.200 pejuang".
ISIS-K dikatakan berusaha untuk meningkatkan barisannya di Kabul, tempat upaya evakuasi oleh sekutu Barat.