Ketika Taliban mengonsolidasikan kekuasaannya di Afghanistan, ia menjadi kepala pengadilan militer kelompok itu dan wakil kepala pengadilan tertinggi.
Baca juga: Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Melanjutkan Pendidikan, tapi Larang Keras Kelas Campuran
Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara
Lalu, Akhundzada dipercaya menjadi kepala dewan ulama Taliban setelah kelompok itu digulingkan AS pada 2001.
Ia ditunjuk sebagai pemimpin Taliban pada 2016, setelah pendahulunya, Mullah Mansour Akhtar, tewas akibat serangan pesawat tak berawak milik Amerika Serikat (AS).
Penunjukkannya dilakukan oleh tokoh senior Taliban, yang dikatakan bertemu di suatu tempat dekat Quetta di Pakistan.
Namun, saat itu tidak semua anggota syura (dewan) ada di sana ketika Akhundzada ditunjuk menjadi pemimpin baru.
Dilansir India Today, ia mendapat janji kesetiaan dari pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, setelah diangkat menjadi pemimpin Taliban.
al-Zawahiri menghujani Akhundzada dengan pujian, menyebutnya sebagai "emir orang beriman".
Akhundzada merupakan lima dari anggota penting Taliban, sesuai hierarki yang ada.
Selain Akhundzada, ada Abdul Ghani Baradar dan Mohammad Yaqoob.
Apakah Wanita akan Bergabung dalam Pemerintahan?
Sebelumnya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengungkapkan berbagi kekuasaan bukanlah prioritas Taliban untuk saat ini.
Baca juga: Taliban Umumkan Pemerintahan Afghanistan Hari Kamis, Kelompok Panjshir Menolak Gabung
Baca juga: AS Ungkap Kemungkinan Kerja Sama dengan Taliban untuk Lawan ISIS-K
"Tidak ada kesepakatan dengan pemimpin politik manapun untuk memasukkan mereka ke dalam pemerintahan," katanya.
"Saya ingin memperjelas bahwa ini bukan fokus kami untuk berbagi pemerintahan dengan orang lain," imbuhnya.
Saat ditanya apakah akan ada perempuan dalam kabinet baru Afghanistan, Mujahid menjelaskan hal tersebut menjadi keputusan kepemimpinan.