Sumber lain mengatakan bahwa negosiasi juga melibatkan eks Menteri Dalam Negeri, Fathi Bashagha.
Pada Juli lalu, New York Times melaporkan telah mewawancarai saudara laki-laki Saadi, Saif al-Islam Gaddafi.
Diketahui Saif al-Islam ditahan selama bertahun-tahun di Kota Zintan, Libya.
Wawancara itu berkaitan dengan para pendukungnya yang mengindikasikan dia akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.
Muammar Khadafi atau Gaddafi, merupakan seorang tokoh revolusi dan politikus asal Libya yang kontroversial.
Dia melengserkan pemerintahan Raja Idris dalan kudeta 1969 dan saat berada di tampuk kekuasaan, Gaddafi mengusir orang Italia dan militer Barat.
Di bawah Gaddafi, Libya pernah menjadi negara pariah imbas dukungannya kepada militan asing dan mendalangi pengeboman Lockerbie di Skotlandia.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya Arab Saudi Punya Tentara Perempuan, Juga Hakim Perempuan
Baca juga: Mendekam di Penjara atas Tuduhan Kudeta, Mantan Presiden Bolivia Lakukan Percobaan Bunuh Diri
Saat peristiwa kebangkitan dunia Arab pada 2011, demonstrasi besar meletus di Libya timur untuk melawan korupsi dan tingginya pengangguran.
Terjadi Perang Saudara di Libya dan NATO ikut campur untuk memihak Dewan Transisi Nasional yang anti-Gaddafi.
Pada akhirnya, pemerintahan Khadafi dijatuhkan, dan Khadafi melarikan diri ke kota asalnya di Surt, tetapi di situ ia ditangkap dan dibunuh oleh para militan DTN pada 20 Oktober 2011.
Meskipun pandangan anti-imperialisnya menuai pujian, Gaddafi dinilai sebagai diktator karena melanggar HAM dan mendanai terorisme di luar negeri.
(Tribunnews.com/Ika Nur Cahyani)