Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai Afghanistan dikabarkan tengah bersiap untuk kembali membuka penerbangan rute internasional, pasca berkuasanya kelompok Taliban di negara tersebut.
Menurut laporan Hindustan Times yang dikutip Minggu (12/9/2021), Taliban mengatakan penerbangan internasional akan kembali beroperasi setelah Qatar dan Turki membantu operasional Bandara Kabul.
Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahed mengungkapkan, penerbangan domestik saat ini telah dibuka dan untuk penerbangan internasional akan segera dimulai.
Baca juga: 20 Tahun 9/11 di Mata Warga Afghanistan: Awal Masa Buruk hingga Kekecewaan Ditinggal AS
Dengan dibukanya penerbangan internasional ini, Taliban menjanjikan perjalanan yang aman untuk warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara tersebut.
Kebijakan ini juga disebut agar Taliban bisa mendapatkan legitimasi internasional, pasca menggulingkan pemerintahan Afghanistan yang sebelumnya.
Selain itu, Taliban juga menjanjikan masyarakat internasional dapat bekerja di Afghanistan dalam batasan hukum syariah dan menjamin tidak adanya kegiatan teror.
Sebelumnya maskapai asal Afghanistan yaitu Ariana Afghan Airlines juga telah melakukan penerbangan domestik dari Kabul ke beberapa kota besar di negara tersebut pada Sabtu (4/9/2021).
Pihak maskapai menyebutkan, bahwa penerbangan ini berlangsung setelah tim teknis dari Qatar membuka kembali bandara Kabul untuk mengirimkan bantuan dan layanan domestik ke Afghanistan.
Maskapai Ariana Afghan Airlines melakukan penerbangan antara Kabul dan kota barat Herat, Mazar-i Sharif di Afghanistan utara dan Kandahar.
Kembali dibukanya bandara Kabul ini, memberikan kehidupan lagi di wilayah Afghanistan terutama di kawasan pegunungan yang menjadi prioritas bagi Taliban.
Taliban sendiri berusaha memulihkan ketertiban di Afghanistan setelah berhasil menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021.
Bandara Kabul telah ditutup sejak berakhirnya pengangkutan udara besar-besaran yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap warganya, warga negara Barat lain, dan warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat.
Baca juga: Mayoritas Warga Hidup Andalkan 1 Dolar AS Per Hari, Afghanistan Butuh Dana Untuk Hindari Kehancuran
Berakhirnya evakuasi puluhan ribu orang itu menandai penarikan pasukan AS terakhir dari Afghanistan setelah 20 tahun perang.
Ribuan orang yang ingin meninggalkan Afghanistan, takut akan kehidupan di bawah pemerintahan Taliban, tertinggal ketika operasi evakuasi berakhir pada akhir Agustus.
Padahal Taliban telah menjanjikan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin pergi dari negara itu.