Beberapa wanita dilaporkan dipukuli sebelum aksi protes dibubarkan.
Organisasi berita lokal, Etilaatroz, mengatakan beberapa wartawannya ditahan dan dipukuli karena meliput aksi tersebut.
Taliban sebelumnya memperingatkan aksi semacam itu adalah hal ilegal.
Mereka mengatakan pengunjuk rasa membutuhkan izin dan tidak boleh menggunakan apa yang disebutnya sebagai bahasa kasar.
Dalam sebuah wawancara di TOLO News yang dikutip AlJazeera, juru bicara Taliban, Syed Zekrullah Hashmi, mengatakan wanita harus melahirkan dan membesarkan anak-anak.
Sementara Taliban tidak mengesampingkan partisipasi wanita dalam pemerintahan, ia justru berkata, "Tidak perlu ada wanita di kabinet."
Taliban yang menganut interpretasi Islam yang ketat dan berbeda, melarang musik dan seni selama masa kekuasaannnya sebelumnya.
Namun kali ini, televisi diizinkan dan saluran berita masih menampilkan presenter wanita.
Tetapi, pesan Taliban tidak menentu.
Berita lainnya seputar Konflik di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)