Dia menyebutnya sebagai "keputusan brutal, sepihak dan tidak dapat diprediksi" yang mengingatkannya pada mantan presiden Donald Trump.
Sebagai balasannya, diplomat Prancis di Washington membatalkan gala untuk merayakan hubungan antara AS dan Prancis.
"Ini momen yang sangat rendah," kata mantan duta besar Prancis untuk AS, Gérard Araud, kepada BBC.
"AS tahu ada kontrak ini dan kontrak strategis ini adalah kepentingan nasional Prancis yang esensial, dan AS tidak peduli," tambahnya.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyebut Prancis merupakan mitra vital dan mengatakan Washington akan tetap bekerja "sangat erat" dengan Paris.
China Sebut Sekutu Punya "Mentalitas Perang Dingin"
Sementara itu, China menuduh sekutu memiliki "mentalitas Perang Dingin" yang akan merugikan kepentingan mereka sendiri.
Menurut laporan media pemerintah Global Times, China memperingatkan terkait perlombaan senjata kapal selam nuklir.
Pihaknya menambahkan bahwa tentara Australia kemungkinan akan menjadi "yang pertama mati" dalam "serangan balik" China.
Namun Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton menepis reaksi Beijing.
Baca juga: Kapal Perang China Berkeliaran di Laut Natuna, Ketua DPR: Jaga Kedaulatan!
Baca juga: Legislator PKS Minta Menko Marves Buang Ide Bangun Pabrik Vaksin China di Indonesia
"Ini bukan pertama kalinya kami melihat ledakan yang berbeda dari China dalam hal posisi Australia," katanya.
"Kami bangga dengan demokrasi di kawasan kami. Kami berdiri bersama tetangga kami di Indo-Pasifik untuk memastikan perdamaian abadi, dan kolaborasi ini menjadikannya kawasan yang lebih aman."
Pakta terbaru antara AS, Inggris, dan Australia akan menjadikan Australia menjadi negara ketujuh di dunia yang memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)