Institut Musik Nasional Afghanistan sendiri kini dilaporkan sepi, tidak ada kegiatan belajar-mengajar yang digelar.
Milisi dari kelompok Haqqani, faksi garis keras Taliban, menjaga kampus tersebut.
Sejak Taliban mendongkel pemerintah pada Agustus lalu, musik diperlakukan secara berbeda.
Acara pernikahan membatasi musik dan tempat karaoke tutup.
Di jalanan, warga biasa mematikan speaker mobil ketika melewati pos pemeriksaan Taliban.
Seorang musisi bahkan melaporkan bahwa alat musiknya dihancurkan petempurTaliban.
Tidak ada musisi yang berani tampil secara publik.
Banyak di antara mereka yang terpaksa ganti profesi.
Selain musisi, kekuasaan Taliban juga memengaruhi warga yang mencari pendapatan di industri musik.
Salah satunya adalah Ibrahim Azali.
Pria berusia 61 tahun itu dulunya membuka jasa reparasi alat musik.
Namun, pada pertengahan Agustus, jelang Taliban menguasai Kabul, ia menghancurkan alat-alatnya dan menutup tempat kerja.
Kini, ia mendukung ekonomi keluarga dengan berjualan makanan ringan di warung pinggir jalan.
Beberapa musisi sudah keluar negara itu bersama gelombang pengungsi.
>