TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - CIA dilaporkan memecat kepala stasiunnya di Wina, Austria baru-baru ini, menyusul kritikan ia tidak menganggap serius menangani lonjakan kasus penyakit misterius, Sindrom Havana.
Surat kabar Washington Post Kamis (23/9/2021) mengutip sumber intelijen bahwa kepala stasiun yang tidak disebutkan namanya itu skeptis dan menunjukkan ketidakpekaan.
Padahal puluhan kasus yang mempengaruhi staf kedutaan dan petugas Badan Intelijen Pusat (CIA) dan anggota keluarga telah dilaporkan di Wina baru-baru ini.
Dilansir dari Channel News Asia, seorang juru bicara CIA menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal laporan Washington Post ini.
Tetapi jubir itu mengatakan bahwa lembaga intelijen itu menganggap serius sejumlah kemungkinan insiden penyakit misterius dalam misi diplomatik AS di seluruh dunia.
Baca juga: Apa Itu Sindrom Havana? Penyakit Misterius yang Menyerang Pejabat AS, Rusia Dicurigai sebagai Dalang
Baca juga: Kunjungan Wapres AS Kamala Harris ke Vietnam Sempat Tertunda karena Adanya Laporan Sindrom Havana
Sebelumnya pada pekan lalu, Wakil Direktur CIA David Cohen mengatakan, penyebab dan sumbernya masih misterius.
"Apakah kita sudah semakin dekat? Saya pikir jawabannya ya - tetapi tidak cukup dekat untuk membuat penilaian analitik yang ditunggu-tunggu orang," katanya.
Pemerintah AS, termasuk CIA dan Pentagon, telah menambah staf untuk menyelidiki dan memberikan perawatan untuk kasus-kasus tersebut.
Sindrom Havana adalah suatu penyakit yang ditandai dengan gejala hidung berdarah, sakit kepala, gangguan penglihatan, dan gejala lain yang menyerupai gegar otak.
Dinamakan Sindrom Havana, karena penyakit ini pertama kali muncul di Havana, ibukota Kuba.
Baca juga: Veteran Pencari Osama Pimpin Satgas CIA Menyelidiki “Sindrom Havana” pada Mata-mata dan Diplomat
Baca juga: CIA Dilaporkan Memperingatkan Militer AS Tentang Adanya Anak-anak Sebelum Serangan Drone di Kabul
Disebutkan, sejumlah orang yang mengalaminya melaporkan gejala mendengar suara yang terfokus, bernada tinggi atau tajam yang membuat mereka mual.
Insiden tersebut belum banyak dipahami sehingga memicu beragam teori bahwa itu disebabkan oleh senjata yang menggunakan gelombang mikro terfokus, ultrasound, racun atau bahkan reaksi terhadap jangkrik.
Namun selama beberapa tahun, pejabat senior pemerintah mengabaikan keluhan tersebut.
Mereka menganggapnya sebagai gejala orang yang sedang stres atau bereaksi histeris terhadap rangsangan yang tidak diketahui.