News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Korea Utara Tolak Ajakan Korea Selatan untuk Akhiri Perang, Sebut Tidak Bisa Menstabilkan Situasi

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Ilustrasi) Tentara Korea Selatan berjaga di desa Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea - Korea Utara menolak ajakan Korea Selatan untuk mengakhiri Perang Korea sebagai cara untuk memulihkan perdamaian.

TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara tolak seruan Korea Selatan untuk mengakhiri perang.

Korea Utara menolak desakan Korea Selatan untuk mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea sebagai cara untuk memulihkan perdamaian.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Thae Song mengatakan bahwa langkah seperti itu dapat digunakan untuk menutupi kebijakan permusuhan AS terhadap Korea Utara, Jumat (24/9/2021).

Dalam pidato di Majelis Umum PBB awal pekan ini, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengulangi seruannya untuk deklarasi akhir perang yang menurutnya dapat membantu mencapai perdamaian abadi di Semenanjung Korea.

Namun, Ri Thae Song menolak panggilan Moon selama kebijakan AS terhadap Korsel tidak berubah.

Baca juga: Tanggapi Ajakan Presiden Korea Selatan Untuk Hentikan Perang, Ini Jawaban Korea Utara

Baca juga: Kapal Tiongkok Terindikasi Melakukan Penelitian di Laut Natuna Utara Sejak Akhir Agustus 2021

“Harus dipahami dengan jelas bahwa deklarasi penghentian perang tidak membantu sama sekali untuk menstabilkan situasi Semenanjung Korea saat ini, tetapi dapat disalahgunakan sebagai tabir asap yang menutupi kebijakan permusuhan AS,” kata Ri, dikutip dari The Indian Express.

Dia mengatakan senjata dan pasukan Amerika yang dikerahkan di Korea Selatan dan sekitarnya serta latihan militer reguler AS di kawasan itu, semuanya mengarah pada kebijakan permusuhan AS terhadap Korea Utara yang semakin kejam dari hari ke hari.

Korea Utara juga telah lama menggambarkan sanksi ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat sebagai bukti permusuhan AS terhadap Korea Utara.

Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, membuat Korea berada dalam keadaan perang teknis.

Korea Utara terus-menerus ingin menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat agar secara resmi dapat mengakhiri perang.

Selain itu, juga untuk meningkatkan hubungan selanjutnya, pencabutan sanksi dan pengurangan atau penarikan 28.500 tentara AS yang dikerahkan di Korea Selatan.

Korut dan Korsel telah menyerukan deklarasi akhir perang yang akan dibuat selama periode diplomasi dengan Amerika Serikat yang dimulai pada 2018.

Baca juga: Selebgram Gabby Petito diduga dibunuh saat keliling Amerika, FBI keluarkan perintah penangkapan atas kekasihnya

Baca juga: Biden dan Macron akan Bertemu Bulan Depan untuk Memperbaiki Hubungan AS dengan Prancis

Juga ada spekulasi bahwa Presiden Donald Trump mungkin mengumumkan akhir perang pada awal 2019 untuk meyakinkan Korea Utara.

Namun, tidak ada pengumuman seperti itu yang dibuat karena diplomasi memudar menyebabkan jalan buntu akibat pelonggaran sanksi sebagai imbalan atas denuklirisasi Korea Utara.

Dalam beberapa bulan terakhir, Kim telah memperingatkan bahwa Korea Utara akan meningkatkan persenjataan nuklirnya dan memperkenalkan sistem senjata yang lebih canggih kecuali Amerika Serikat menghentikan kebijakan permusuhannya.

Pekan lalu, Korea Utara melakukan uji coba rudal pertamanya dalam enam bulan, menunjukkan kemampuannya untuk meluncurkan serangan terhadap Korea Selatan dan Jepang.

Korsel dan Jepang adalah sekutu utama AS dengan total memiliki 80.000 tentara dari Amerika Serikat.

(Tribunnews.com/Yurika)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini