Pejabat China meningkatkan tekanan ekonomi, militer, dan diplomatik di pulau ini sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen pada 2016 yang memandang Taiwan sebagai negara berdaulat.
China juga sering mengirim pesawat militer ke zona pertahanan udara Taiwan untuk menunjukkan penentangan terhadap kebijakan di pulau itu.
Namun, pengerahan pesawat militer pada Kamis lalu diklaim yang terbesar sejak 15 Juni.
Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) merupakan kesepakatan perdagangan besar-besaran yang pada awalnya dipimpin Amerika Serikat sebagai cara untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik.
Ini awalnya dirancang untuk menjaga agar China, yang memiliki kesepakatan perdagangan regionalnya sendiri, terkunci.
TPP ditandatangani pada 4 Februari 2016, tetapi tidak pernah berlaku karena AS menarik diri dari perjanjian segera setelah pemilihan Presiden Donald Trump.
Semua anggota TPP lainnya sepakat pada Mei 2017 untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut, dengan Jepang yang menggantikan posisi AS.
Pada Januari 2018, CPTPP diresmikan sebagai perjanjian lanjutan.
Baca juga: Lithuania Imbau Warga Buang Ponsel dari China dan Tidak Membelinya, Ini Alasannya
Baca juga: Menlu Retno Soroti Pakta Pertahanan AUKUS dan Ingatkan Soal Ancaman Stabilitas Kawasan
CPTPP beranggotakan Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam.
Negara yang ingin bergabung harus mendapat dukungan bulat dari semua negara anggota pakta, sesuatu yang mungkin sulit diperoleh baik oleh China maupun Taiwan.
Adapun permintaan bergabung dari Taiwan sudah diterima oleh Tokyo.
“Jepang menyambut baik permohonan Taiwan untuk bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik,” kata Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, di New York.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)