TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban tewas akibat kerusuhan di penjara Ekuador menjadi 116 orang.
Sebelumnya, biro penjara menyebutkan, kerusuhan telah menewaskan lebih dari 100 orang, dan 52 orang terluka.
Bentrokan antar geng itu terjadi pada Selasa (28/9/2021) di penjara Guayas.
Kerusuhan tersebut disebabkan oleh perselisihan antara geng penjara Los Lobos dan Los Choneros.
Dikutip dari AP, korban tewas bertambah menjadi 116 orang, dan 80 lainnya luka-luka.
Akibat kerusahan tersebut, Presiden Ekuador mengumumkan keadaan darurat dalam sistem penjara pada Rabu (28/9/2021).
Baca juga: Taliban Gantung Mayat di Alun-alun Kota Afghanistan, Ini Penyebabnya
Para pejabat mengatakan, sedikitnya lima dari korban tewas ditemukan telah dipenggal.
Puluhan kendaraan polisi dan militer, serta ambulans, memasuki penjara pada hari Kamis (30/9/2021).
Kolonel Tannya Varela, komandan polisi nasional, mengatakan, mungkin ada lebih banyak mayat atau orang yang terluka parah di penjara.
Ratusan orang berkumpul di luar laboratorium kejahatan di Guayaquil, berharap dapat melihat mayat kerabat yang mereka yakini terbunuh di penjara.
Saat ini, pihak kepolisian sedang bekerja untuk mengidentifikasi mayat.
Henry Coral, seorang pejabat polisi, meminta anggota keluarga untuk membantu mempercepat identifikasi mayat dengan memberi tahu pihak berwenang tentang tato, bekas luka, atau ciri khas lainnya dari tahanan yang telah dibunuh.
Polisi mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi, karena beberapa mayat dimutilasi dan dibakar.
Presiden Guillermo Lasso menetapkan keadaan darurat sehingga akan memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk mengerahkan polisi dan tentara ke dalam penjara.
Perintah itu datang sehari setelah pertumpahan darah di penjara Litoral di Guayaquil.
“Sangat disesalkan bahwa penjara diubah menjadi wilayah pertikaian kekuasaan oleh geng-geng kriminal,” kata Lasso.
Lasso menambahkan bahwa dia akan bertindak dengan sangat tegas untuk mendapatkan kembali kendali atas penjara Litoral dan mencegah kekerasan menyebar ke lembaga pemasyarakatan lainnya.
Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan mayat di Paviliun 9 dan 10.
Pemandangan tampak seperti medan perang.
Pertempuran itu dilakukan dengan senjata api, pisau dan bom.
Baca juga: Kemampuan Taliban untuk Kuasai Afghanistan di Luar Prediksi Amerika Serikat
Baca juga: Mendag Australia Akan Kunjungi Indonesia, Ini Agenda yang Bakal Dibahas
Sebelumnya, komandan polisi daerah Fausto Buenaño mengatakan bahwa mayat ditemukan di pipa penjara.
Di luar kamar mayat penjara, kerabat narapidana menangis, dengan beberapa menggambarkan kepada wartawan kekejaman yang dilakukan orang yang mereka cintai dipenggal dan dipotong-potong.
“Dalam sejarah negara ini, belum pernah ada insiden serupa atau mirip dengan ini,” kata Ledy Zúñiga, mantan presiden Dewan Rehabilitasi Nasional Ekuador.
Zúñiga, yang juga Menteri Kehakiman negara itu pada 2016, mengatakan dia menyesalkan bahwa langkah-langkah tidak diambil untuk mencegah pembantaian lain.
Pada bulan Juli lalu, presiden menetapkan keadaan darurat lain terkait sistem penjara Ekuador setelah terjadi beberapa kali kekerasan yang mengakibatkan lebih dari 100 narapidana terbunuh.
Sebelumnya, hari paling berdarah terjadi pada Februari, ketika 79 napi tewas dalam kerusuhan serentak di tiga lapas di Ekuador.
Pada Juli 2021, 22 tahanan lagi kehilangan nyawa mereka di penjara Litoral.
Sementara itu, pada September 2021, sebuah pusat penjara diserang oleh drone, tapi tidak ada korban jiwa.
(Tribunnews.com/Yurika)