News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tangani Ebola di Kongo, 21 Petugas WHO Terlibat Pelecehan Seksual

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang balita menjalani vaksinasi campak di sebuah pusat di Temba, dekat Seke Banza, DR Kongo barat pada 3 Maret 2020. 73 ribu anak dari usia 6 bulan hingga 15 tahun perlu divaksinasi campak di provinsi Kongo tengah di bagian barat Republik Demokratik Kongo sebagai bagian dari tahap kedua tanggapan terhadap epidemi yang telah menyebabkan ribuan kematian di negara itu pada tahun-tahun terakhirnya, bahkan termasuk orang dewasa.

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menjadi sorotan setelah 21 petugasnya diduga terlibat dalam aksi pelecehan seksual selama menangani wabah Ebola di Kongo.

Lebih dari 80 orang pekerja kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo Kongo diduga terlibat aksi pelecehan seksual selama penanganan wabah Ebola, termasuk di antaranya adalah staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Komnas Perempuan Minta Ketegasan Pimpinan KPI Agar Kasus Pelecehan Seksual Pegawai Tak Terulang Lagi

Menindaklanjuti penyelidikan Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian tahun lalu, komisi independen menemukan bahwa setidaknya 21 dari 83 tersangka pelaku dipekerjakan oleh WHO.

Tahun lalu, lebih dari 50 wanita menuduh pekerja bantuan dari WHO dan badan amal lainnya menuntut seks dengan imbalan pekerjaan antara 2018-2020. Laporan terbaru menemukan bahwa di antara aksi pelecehan, sembilan di antaranya adalah pemerkosaan.

"Tim peninjau telah menetapkan bahwa para korban yang diduga dijanjikan pekerjaan sebagai imbalan hubungan seksual atau untuk mempertahankan pekerjaan mereka," kata anggota komisi Malick Coulibaly dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Kuartal III, Pengiriman Mobil Listrik Tesla Kembali Tembus Rekor

Coulibaly menambahkan, banyak dari pelaku laki-laki menolak untuk menggunakan kondom dan 29 dari perempuan hamil dan beberapa di antaranya dipaksa untuk menggugurkan kehamilannya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan laporan tersebut merupakan hal yang sangat mengerikan. Secara khusus, Tedros meminta maaf kepada para korban.

"Apa yang terjadi pada Anda seharusnya tidak pernah terjadi. Itu tidak dapat dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban," ungkapnya.

Tedros, yang kabarnya akan menjabat untuk periode kedua, berjanji akan menempuh langkah-langkah lebih lanjut termasuk reformasi besar-besaran secara struktur dan budaya.

Baca juga: Muncul Virus Marburg Mirip Ebola, WHO: Rasio Kematian hingga 88%

Melansir Reuters, Tedros mengatakan dia berencana untuk merujuk tuduhan pemerkosaan ke Kongo dan ke negara-negara tersangka pelaku. Beberapa di antaranya masih belum teridentifikasi.

Korban meminta pelaku dihukum berat

Perwakilan para korban di Beni, Kongo Timur, menyambut baik tanggapan WHO, tetapi mendesaknya untuk berbuat lebih banyak.

"Kami mendesak WHO untuk melanjutkan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa personelnya yang melecehkan perempuan dan anak perempuan mereka di komunitas kami telah benar-benar dihukum berat," kata Esperence Kazi, koordinator kelompok hak-hak perempuan 'One Girl One Leader'.

Salah satu korban, masih berusia 14 tahun, mengaku dijemput begitu saja oleh seorang petugas WHO di pinggir jalan. Menurut laporannya, petugas awalnya menawari tumpangan untuk pulang, tapi justru membawanya ke sebuah hotel di mana aksi pemerkosaan terjadi.

Beberapa korban lain yang dipekerjakan dalam bantuan, mengatakan kepada tim peninjau bahwa mereka terus dilecehkan secara seksual oleh pria yang bekerja sebagai pengawas.

Para pelaku memaksa mereka berhubungan seks dengan iming-iming mempertahankan pekerjaan, mendapatkan bayaran atau mendapatkan posisi yang lebih baik. Beberapa dari mereka yang menolak akhirnya diberhentikan dari pekerjaan.

Wakil ketua investigasi Aichatou Mindaoudou mengatakan bahwa beberapa utusan WHO yang ada di level atas sadar akan apa yang sedang terjadi namun tidak bertindak.

artikel ini sudah tayang di KONTAN, dengan judul: Menyedihkan, 21 petugas WHO lakukan pelecehan seksual selama menangani Ebola di Kongo

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini