Selama 20 tahun terakhir juga telah terjadi beberapa skandal pelecehan seksual di seluruh dunia terhadap anak-anak.
Jean-Marc Sauve, kepala komisi yang menyusun laporan penyelidikan tersebut, mengatakan pelecehan di Prancis adalah "sistemik".
Pelecahan telah dilakukan oleh sekitar 3.000 pendeta dan orang lain yang di gereja.
Sekitar 80 persen korbannya adalah anak laki-laki.
Suave menambahkan, gereja telah menunjukkan ketidakpedulian selama bertahun-tahun terhadap kasus pelecehan seksual yang terjadi.
Mereka melindungi dirinya sendiri daripada para korban.
Gereja tidak hanya gagal mengambil tindakan pencegahan, tetapi juga menutup mata terhadap pelecehan.
Bahkan, secara sadar, mereka terkadang membuat anak-anak lebih mudah berhubungan dengan pelaku.
“Konsekuensinya sangat serius,” kata Sauve.
“Sekitar 60 persen pria dan wanita yang mengalami pelecehan seksual menghadapi masalah besar dalam kehidupan sentimental atau seksual mereka,” lanjutnya.
Para korban menyuarakan ketidaksukaannya atas terungkapnya kasus tersebut.
Francois Devaux, yang mendirikan asosiasi korban La Parole Liberee, mengatakan bahwa pelaku adalah aib dan mereka telah berkhianat.
“Anda adalah aib bagi kemanusiaan kami,” katanya.
“Di neraka ini, ada kejahatan massal yang keji, tetapi ada yang lebih buruk lagi, pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak,” kata Devaux.