TRIBUNNEWS.COM - Hasil investigasi pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis mengungkapkan lebih dari 200.000 anak menjadi korban pelecehan oleh pendeta sejak 1950.
Kasus pelecehan seksual terhadap anak ini disebut menjadi yang terburuk setelah serangkaian kasus pelecehan seksual di seluruh dunia terjadi selama 20 tahun terakhir.
Dikutip dari France24.com, pelecehan tersebut terjadi secara sistematis.
Sebab, pihak Gereja tidak mengambil langkah-langkah untuk mencegah pelecehan seksual terjadi.
Tetapi, justru menutup mata karena tidak melaporkan kasus pelecehan dan secara sadar menempatkan anak-anak bersama dengan 'predator'.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Nilai KPI Tidak Siap Tangani Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dialami MS
Baca juga: Tangani Ebola di Kongo, 21 Petugas WHO Terlibat Pelecehan Seksual
Paus Fransiskus turut bereaksi terhadap hasil investigasi ini dan menyebut kasusnya menjadi kesedihan besar bagi korban.
Pernyataan itu disampaikan pada Selasa (5/10/2021) kemarin melalui Juru Bicara Vatikan.
"Pikirannya pertama-tama tertuju pada para korban, dengan kesedihan yang mendalam atas luka-luka mereka dan rasa terima kasih atas keberanian mereka untuk berbicara," kata Juru Bicara Vatikan.
Diketahui, hasil investigasi ini dibentuk oleh para uskup Katolik di Prancis pada akhir 2018.
Pembentukan tim investigas ini awalnya untuk menjelaskan pelanggaran dan memulihkan kepercayaan publik terhadap Gereja, karena saat itu jumlah jemaat berkurang.
Kepala Tim Investigasi, Jean-March Sauvé mengaku telah bekerja secara independen dari Gereja.
Menurutnya, masalah pelecehan seksual tersebut masih ada hingga sekarang.
Baca juga: Komnas Perempuan Minta Ketegasan Pimpinan KPI Agar Kasus Pelecehan Seksual Pegawai Tak Terulang Lagi
Baca juga: Tersangka Kasus Pelecehan di Ponpes Ogan Ilir Bertambah, Oknum Pengurus Asrama Diringkus
Dia menambahkan, Gereja sampai tahun 2000-an menunjukkan ketidakpedulian sepenuhnya kepada para korban dan baru mulai benar-benar mengubah sikapnya pada 2015-2016.
Sauvé mengatakan, tim investigasi itu sendiri telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban.