TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 20 orang tewas dalam gempa berkekuatan 5,9 yang melanda provinsi Balochistan di barat daya Pakistan.
Sementara itu, sekitar 200 orang mengalami luka-luka karena tertimpa reruntuhan.
Pejabat setempat bersama tim berusaha membersihkan puing-puing dan memperoleh akses untuk masuk ke daerah itu.
Menurut data Survei Geologi Amerika Serikat, gempa berkekuatan 5,9 terjadi saat penduduk distrik Harnai sudah tidur, yakni pada Kamis (7/10/2021), pukul 3 pagi waktu setempat.
Getaran terjadi pada kedalaman sekitar 20 kilometer.
Baca juga: Pakistan Minta Dunia Buka Blokir Aset Miliaran Dolar Milik Afganistan
Baca juga: Rivalitas Dibawa Ke Forum Internasional, Pakistan dan India Saling Tuding di Sidang Umum PBB
Otoritas penanggulangan bencana provinsi tersebut mengatakan sedikitnya 200 orang terluka.
“Petugas penyelamat telah sampai di tempat kejadian dan sedang bekerja,” kata Osama bin Ijaz, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Dia juga mengatakan, sedang dilakukan sebuah survei kerusakan rumah dan bangunan lain di Harnai.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, telah memerintahkan pengiriman bantuan secepatnya kepada penduduk di daerah itu setelah gempa.
Menteri provinsi, Zia Langove, mengatakan, upaya penyelamatan terhambat karena tanah longsor yang disebabkan oleh gempa telah memblokir jalan-jalan di daerah tersebut.
“Ada cukup banyak tanah longsor, dan tim saat ini sedang bekerja untuk membersihkan jalan ke daerah tersebut,” kata Langove.
Petugas penyelamat akan dapat melakukan penilaian kerusakan yang lebih akurat ketika mereka sudah bisa sampai ke daerah tersebut.
Militer Pakistan mengatakan, beberapa penyelamat telah sampai daerah yang dilanda gempa di Harnai.
Sementara sembilan dari yang terluka parah telah diterbangkan ke Quetta.
Barang-barang yang diperlukan untuk makan dan tempat tinggal, serta dokter dan paramedis tentara membantu pejabat sipil merawat para korban bencana.
Tim pencarian dan penyelamatan perkotaan juga sudah diterbangkan dari Rawalpindi untuk mempercepat dalam bantuan penyelamatan.
Sebagian besar rumah di daerah Harnai, tempat gempa terjadi, terbuat dari lumpur dan batu, dan lebih rentan terhadap kerusakan akibat gempa dibandingkan dengan struktur beton atau bata.
Alhasil, banyak korban meninggal karena terkena runtuhan atap dan dinding.
Sanaullah, seorang yang selamat dari gempa bumi, mengatakan bahwa ibunya dirawat di Rumah Sakit Sipil Quetta.
“Gempa terjadi pada pukul 03.00 dini hari, dan kami lari dari rumah. Atap rumah jatuh, dan karena itu ibu kami terluka. Dia mengalami cedera kepala,” katanya.
“Di sana banyak orang yang tidak punya mobil sendiri, dan terjebak di sana… Fasilitas kesehatan di sana kurang, dan karena itu, pasien yang parah menghadapi banyak kesulitan,” katanya.
(Tribunnews.com/Yurika)