TRIBUNNEWS.COM - Warga Gaza merasa ditinggalkan setelah kabar gencatan senjata antara Hizbullah dengan Israel segera teralisasi.
Perlu diketahui, Israel setuju dengan usulan Amerika Serikat (AS) tentang gencatan senjata dengan Hizbullah.
Saat ini, Israel tengah melakukan pertemuan dengan kabinet keamanannya pada Selasa (26/11/2024) malam untuk membahas usulan gencatan senjata selama 60 hari dengan Hizbullah.
Ketika para mediator berfokus dengan gencatan senjata di Lebanon, warga Palestina merasa dikecewakan oleh dunia.
"Itu menunjukkan Gaza adalah yatim piatu, tanpa dukungan dan belas kasihan dari dunia yang tidak adil," kata Abdel-Ghani, seorang warga Gaza, dikutip dari Reuters.
"Saya marah terhadap dunia yang gagal membawa satu solusi bagi kedua wilayah."
"Mungkin, akan ada kesepakatan lain untuk Gaza, mungkin," harapnya.
Gencatan senjata Israel-Hizbullah tanpa kesepakatan untuk Gaza akan menjadi pukulan bagi Hamas, yang para pemimpinnya berharap perluasan perang ke Lebanon akan menekan Israel untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif.
Hizbullah bersikeras bahwa mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai perang di Gaza berakhir, tetapi mereka mengabaikan syarat itu.
"Kami memiliki harapan besar bahwa Hizbullah akan tetap teguh sampai akhir, tetapi tampaknya mereka tidak bisa," kata Tamer Al-Burai, seorang pengusaha di Kota Gaza.
"Kami khawatir tentara Israel sekarang akan memiliki kebebasan di Gaza," lanjutnya.
Baca juga: Tentara Israel Tiba di Sungai Litani, Klaim Temukan Rudal dan Gudang Senjata Hizbullah
Banyak Pertentangan
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menolak usulan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Ben Gvir secara tegas menentang kesepakatan apa pun yang akan menghentikan permusuhan, bahkan untuk sementara, baik di Gaza dan Lebanon.
Ia juga telah mengancam lebih dari sekali untuk menarik partainya dari koalisi jika Israel menandatangani perjanjian gencatan senjata.