News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

ISIS-K Akui Dalangi Teror di Masjid Syiah di Afghanistan, Bomber Ledakkan Diri di Tengah Jemaah

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ledakan menghantam sebuah masjid di kota Kunduz Afghanistan pada Jumat (8/10/2021).

TRIBUNNEWS.COM - ISIS-K, afiliasi kelompok teroris Islamic State (IS) yang aktif di Afghanistan mengklaim menjadi dalang di balik bom bunuh diri di masjid Syiah di Kota Kunduz pada Jumat (8/10/2021).

Bom bunuh diri itu menewaskan sedikitnya 50 orang, jelas pejabat.

BBC melaporkan bahwa ini merupakan serangan paling mematikan sejak AS resmi menarik kehadirannya di Afghanistan.

Tubuh pada korban meninggal berserakan di dalam Masjid Sai Abad, masjid yang digunakan komunitas Syiah.

Lebih dari 100 orang terluka dalam ledakan ini.

Kelompok ISIS-K atau IS-K mengatakan mereka berada di balik serangan itu.

Baca juga: Berita Foto : Ketika Pasukan Taliban Menjadi Polisi Afghanistan

Baca juga: POPULER Internasional: Ledakan di Sebuah Masjid Afghanistan | Cerita 2 Pria 29 Hari Tersesat di Laut

Ledakan menghantam sebuah masjid di kota Kunduz Afghanistan pada Jumat (8/10/2021). (Daily Pakistan)

IS-K yang menentang keras pemerintah Taliban, telah melakukan beberapa pengeboman baru-baru ini dan sebagian besar dilakukan di timur negara itu.

Seorang pengebom bunuh diri ISIS-K dilaporkan meledakkan rompi peledak saat jamaah berkumpul di dalam masjid untuk salat Jumat.

Seorang warga bernama Zalmai Alokzai yang bergegas ke rumah sakit untuk melakukan donor darah untuk para korban menceritakan situasi pasca-ledakan itu.

"Ambulans akan kembali ke tempat kejadian untuk membawa orang yang meninggal," katanya kepada kantor berita AFP.

Pejabat keamanan setempat, menurut laporan Tolo News, mengatakan bahwa lebih dari 300 orang sedang menghadiri salat ketika serangan itu terjadi.

Ada kekhawatiran bahwa jumlah korban meninggal akan meningkat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pemboman pada Jumat adalah "serangan mematikan ketiga minggu ini yang tampaknya menargetkan sebuah lembaga keagamaan" dan merupakan bagian dari "pola kekerasan yang mengganggu".

PBB merujuk pada pemboman hari Minggu di dekat sebuah masjid di ibu kota Kabul yang menewaskan beberapa orang dan serangan terhadap sebuah madrasah di kota timur Khost pada hari Rabu.

AS akan Bertemu dengan Taliban

Pejabat senior Taliban dan perwakilan AS akan melakukan pembicaraan pada Sabtu hingga Minggu, untuk pertama kalinya sejak penarikan militer.

Dilansir AP News, pertemuan itu akan membahas cara menahan kelompok ekstremis di Afghanistan dan evakuasi warga asing maupun Afghanistan dari negara tersebut. 

Diketahui pada akhir Agustus lalu, AS mengakhiri kehadiran militernya di Afghanistan selama 20 tahun sekaligus mengakhiri perang yang dipicu serangan 9/11.

Di waktu yang sama, Taliban kembali ke tampuk kekuasaan.

Adapun pembicaraaan antara AS dan Taliban akan berlangsung di Doha, Qatar.

Dalam gambar yang diambil pada 3 Oktober 2021, seorang pejuang Taliban yang bekerja sebagai bagian dari pasukan polisi memeriksa penumpang di sebuah pos pemeriksaan jalan di Kabul. - Pasukan polisi baru Taliban sudah menghitung sekitar 4.000 orang di ibukota, kata seorang juru bicara polisi Kabul, bersikeras kota itu jauh lebih aman daripada sebelumnya, karena kelompok garis keras membangun pasukan polisi dari awal. (Photo by WAKIL KOHSAR / AFP) (AFP/WAKIL KOHSAR)

Baca juga: Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan karena Taliban Tak Bayar Listrik

Baca juga: Taliban Hancurkan Pangkalan ISIS-K dan Habisi Militan, Balasan atas Bom Masjid

Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen mengatakan bahwa pembicaraan juga akan meninjau kembali perjanjian damai yang ditandatangani Taliban dengan Washington pada 2020.

"Ya ada rapat, tentang hubungan bilateral dan implementasi perjanjian Doha," kata Shaheen.

"Ini mencakup berbagai topik."

Selama dua hari pertemuan, AS akan menekan Taliban untuk menghormati hak-hak perempuan, membentuk pemerintahan yang inklusif, dan mengizinkan badan-badan kemanusiaan beroperasi, kata seorang juru bicara departemen luar negeri.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini