Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Membawa nama pulau Sumatera, toko Kari ini cukup laku di Jimbocho Tokyo (exit A5 stasiun Jimbocho ke kiri jalan kaki hanya 2 menit).
Ternyata pemiliknya dulu pernah tinggal di Sumatera Indonesia.
"Dulu pemiliknya pernah tinggal di Sumatera Indonesia jadi merasa senang dan menggunakan nama Sumatera Curry Kyoeidou sampai kini," ungkap penjaga toko Sumatera Kari Kyoeidou kepada Tribunnews.com siang ini (11/10/2021) seusai bersantap di sana.
Harganya wajar hanya 800 yen per set termasuk nasi putih, Sup Potage dan bisa makan rakkyo (bawang putih manis) sepuasnya serta Fukujinzuke (sayuran dengan tekstur renyah, termasuk daikon, terong, akar teratai dan mentimun dicincang halus, kemudian diasamkan dengan alas yang dibumbui kecap) sepuasnya.
Kari babi "Kyoeidou" hanya bayar pakai tunai saja, "Maaf sekarang tidak terima kartu kredfit," tambahnya.
Salah satu kari tertua yang bisa disantap di Tokyo saat ini, kari di "Kyoeidou" di Kanda Jimbocho, Chiyoda-ku adalah ala Sumatera Indonesia.
Resep kari sumatera yang telah disediakan sejak didirikan pada tahun 1924 (Taisho 13), diwariskan dan dikembangkan dari Yujiro Ito, yang pertama kali membuka kari dan kedai kopi bernama "Cafe Nangoku" di Kyobashi, Chuo-ku Tokyo.
Tampaknya Ito adalah orang yang mengabdikan dirinya untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk Laut Selatan.
Lima jenis gulai sumatera, babi, sapi, ayam, udang, dan lidah, semuanya dicirikan dengan menggoreng bumbu selama 1 jam dan tidak menggunakan tepung apa pun.
Warna karinya gelap, rasanya pahit, dan memakan kari yang sangat kaya ini mungkin telah menarik kekaguman orang terhadap Laut Selatan.
Sayang sekali pilihan bercampur babi, walaupun ada pilihan ayam, tidaklah direkomendasikan bagi kalangan muslim karena dapur pencuciannya juga jadi satu aduk-aduk sana sini tampaknya.
Namun dari rasa, tidak heran kalau banyak dan penuh orang makan siang hari ini (11/10/2021).
Meskipun ada satu kekurangan pada nasi.