News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seorang Jurnalis Tewas dalam Serangan di Pakistan, Dituduh Bekerja Sama dengan Pasukan Keamanan

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Ilustrasi) Anggota media meliput di dekat kediaman mendiang ilmuwan nuklir Pakistan Abdul Qadeer Khan pada 10 Oktober 2021 - Seorang jurnalis tewas dalam serangan di kota Hub, Pakistan selatan.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis tewas dalam serangan di kota Hub, Pakistan selatan.

Kelompok separatis Baloch Liberation Army (BLA) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Dikutip dari Al Jazeera, Shahid Zehri tewas saat mengemudikan kendaraannya di kota Hub, sekitar 20 km barat kota terbesar Pakistan, Karachi, pada Minggu (10/10/2021) malam.

“Tadi malam pukul 19.52, Shahid Zehri menjadi sasaran di jalan utama di kota Hub,” kata Younus Raza, seorang pejabat senior polisi.

“Dia dipindahkan ke rumah sakit Jam Ghulam Khan [lokal], dan kemudian dia dikirim ke Karachi.”

Baca juga: Dituding Pakistan dalam Sidang Umum PBB, India Meradang dan Balik Mengecam

Baca juga: SOSOK Bruce Lee Afghanistan yang Kini Tengah Berjuang Melarikan Diri, Takut Dibunuh Taliban

Zehri dinyatakan meninggal segera setelah tiba di rumah sakit utama pemerintah Karachi.

Reza menambahkan, ledakan itu tampaknya disebabkan oleh perangkat magnetik yang dipasang di bawah kursi pengemudi di kendaraan Zehri.

"(Bahan peledak itu) tepat di bawah kursi (pengemudi), jadi ketika meledak jelas naik ke atas dan menghancurkan kursi seperti itu," katanya.

Zehri yang meliput provinsi Balochistan barat daya Pakistan adalah seorang reporter saluran berita televisi lokal, Metro 1.

Selama lebih dari satu dekade, Balochistan telah menghadapi gerakan separatis bersenjata oleh kelompok etnis Baloch.

Melalui email yang dikirim kepada wartawan, kelompok bersenjata BLA mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Mereka menuduh Zehri bekerja sama dengan pasukan keamanan Pakistan.

Presiden Persatuan Jurnalis Federal Pakistan (PFUJ), Shahzada Zulfiqar, mengatakan bahwa tuduhan seperti itu biasanya dibuat ketika kelompok bersenjata menargetkan wartawan di provinsi Balochistan, tetapi bukti dari asosiasi semacam itu jarang dibagikan.

“Kalau punya bukti, tunjukkan bukti bahwa dia bukan jurnalis dan pihak yang berkonflik,” kata Zulfiqar.

"Kami tidak siap menerima ini, tanpa bukti."

Baca juga: Presiden Taiwan Tegaskan Tak Akan Tunduk pada Tekanan China: Ini Tanggapan Beijing

Baca juga: Pesawat Rusia yang Bawa 20 Penerjun Payung Jatuh, 16 Orang Tewas

PFUJ dan serikat jurnalis regional lainnya di Pakistan mengecam serangan itu.

Menurut data dari Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Reporters Without Border, Pakistan adalah salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, terutama yang meliput zona konflik.

Dari data CPJ, setidaknya 61 wartawan tewas dalam serangan yang ditargetkan di Pakistan sejak 1992.

Menurut RSF, pada tahun 2021, Pakistan berada di peringkat 145 dari 180 negara pada Indeks Kebebasan Pers Dunia.

“Wartawan terus menghadapi risiko di lapangan, terutama di provinsi barat Baluchistan dan Khyber Pakhtunkhwa, di mana mereka terjebak dalam baku tembak antara pasukan keamanan dan pemberontak bersenjata,” catat profil negara RSF di Pakistan.

(Tribunnews.com/Yurika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini