Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Misaku Takahashi (60), presiden perusahaan Tokyo "ESP" dan Tsuyoshi Arai (53), mantan karyawan yang bertanggung jawab atas manajemen operasi, menyatakan diri bahwa mereka tidak bersalah di Pengadilan Negeri Nagano, Kamis (21/10/2021).
Presiden perusahaan bus dan mantan karyawan itu dituduh melakukan cedera fatal yang tidak disengaja hingga menyebabkan tewasnya 15 orang.
Sebelumnya Misaku Takahashi dan Tsuyoshi Arai dijadikan sebagai tersangka kasus kecelakaan bus di Kota Karuizawa, Prefektur Nagano, 15 Januari 2016, 5 tahun lalu.
Akibat kecelakaan itu, sopir bus meninggal dunia, dan sebanyak 15 orang termasuk mahasiswa juga tewas.
Sementara 26 orang lainnya luka-luka.
"Saya meminta maaf atas kecelakaan itu. Pengemudi tidak berada di bus besar di tempat kerja sebelumnya. Saya tidak mendengar hal tersbeut," papar Takahashi menolak dipersalahkan dalam kasus ini di pengadilan, Kamis (21/10/2021).
Sedangkan mantan karyawan Arai berkata, "Saya tidak menyangka akan mengalami kecelakaan seperti itu."
Pengacara terdakwa mengaku kliennya itu tidak bersalah.
"Saya tidak menyadari bahwa keterampilan mengemudi pengemudi yang menyebabkan kecelakaan itu cukup dewasa untuk melarang bisnis," katanya.
"Terdakwa Arai berada di posisi manajer operasi yang mematuhi hukum dan sadar akan tugas pengemudi. Terdakwa Takahashi menegaskan bahwa manajer operasi akan memberikan bimbingan yang tepat sebagai presiden. Mereka wajib melakukannya," kata jaksa.
Baca juga: Kecelakaan di Tol Cipali Km 92 yang Tewaskan Bocah 6 Tahun, Berawal Saat Mobil Hindari Truk
Di Pengadilan Negeri Nagano, banyak orang yang mengantre untuk menyaksikan sidang ini sejak pagi.
Menurut pengadilan, sebanyak 266 orang ingin mendapatkan kursi penonton untuk setiap 10 kursi, perbandingannya sekitar 27 kali.
"Saya tertarik dengan kecelakaan bus wisata ski di Karuizawa karena saya sering menggunakan bus berkecepatan tinggi. Akankah kedua terdakwa mengaku bersalah di persidangan? Saya ingin memperhatikannya," kata seorang pria berusia 68 tahun dari Nagano.