TRIBUNNEWS.COM, ADEN - Serangan rudal balistik kelompok Houthi ke Provinsi Marib Yaman telah menewaskan dan melukai 29 warga sipil.
Korban termasuk wanita dan anak-ana. Dalam sebuah tweet pada Senin (1/11/2021), Menteri Informasi Muammar al-Iryani mengatakan serangan melibatkan dua rudal balistik.
Kedua rudal menghantam sebuah masjid dan sebuah sekolah agama. Kantor Gubernur Marib mengatakan serangan itu terjadi pada Minggu malam.
Tidak ada klaim tanggung jawab langsung oleh Houthi yang didukung Iran. Pertempuran antara pasukan pemerintah dan Houthi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sekitar 10.000 orang mengungsi pada September karena pertempuran di Marib, benteng utara terakhir pemerintah yang diakui secara internasional.
Mereka menyerukan koridor kemanusiaan untuk bantuan. Perang di Yaman memicu apa yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan 16 juta orang menghadapi kelaparan.
Koalisi pasukan yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi yang bersekutu dengan Iran menyingkirkan pemerintah yang didukung Saudi dari ibu kota Sanaa pada akhir 2014.
Houthi mengatakan mereka memerangi sistem yang korup dan agresi asing. Gerakan Houthi mengatakan pada Oktober mereka telah merebut wilayah baru di provinsi kaya energi Shabwa dan Marib.
Keunggulan Houthi yang kini semakin mendominasi Yaman kemungkinan akan semakin memperumit upaya perdamaian internasional.
Ledakan di Bandara Aden
Peristiwa berdarah lain juga terjadi kawasan selatan Yaman. Sebuah ledakan di dekat pintu masuk ke bandara internasional Aden, menewaskan sedikitnya 12 orang.
Seorang pejabat bandara mengatakan sebuah truk kecil meledak di gerbang luar bandara pada hari Sabtu.
Sementara sumber keamanan mengatakan kendaraan itu membawa produk minyak bumi. Ledakan itu kuat dan terdengar di seluruh kota. Jendela-jendela warga sekitar pecah.
"Dua belas warga sipil tewas dalam sebuah ledakan" di sekitar bandara Aden dan "ada juga yang cedera serius", kata seorang pejabat keamanan senior yang tidak mau disebutkan namanya.