TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Keamanan Sudan menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam demonstrasi di Ibu Kota, Khartoum, Minggu (7/11/2021).
BBC menulis, barikade jalanan dibangun semalam oleh demonstran anti-kudeta di Ibu Kota Khartoum, menyusul seruan pembangkangan sipil untuk memprotes kudeta militer bulan lalu.
Sementara itu, guru yang turut andil dalam protes dilaporkan ditahan oleh aparat keamanan.
Baca juga: Pemimpin Kudeta Sudan Janji Serahkan Pemerintahan ke Pemimpin Sipil
Baca juga: Buntut Kudeta, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Sudan
Mereka menuntut pemerintah militer mundur dan mengizinkan transisi damai ke pemerintahan sipil.
Demonstrasi terjadi ketika mediator Liga Arab tiba di Khartoum untuk melakukan pembicaraan guna mencoba meredakan krisis.
Perdana Menteri sipil, Abdalla Hamdok, masih dalam tahanan rumah dan menghadapi tekanan dari militer untuk bekerja sama dengan mereka, lapor wartawan BBC Andrew Harding dari Ibu Kota.
Jaringan internet di Sudan tengah mengalami gangguan, hal ini membuat beberapa orang tidak mengetahui aksi pembangkangan sipil yang berlangsung selama dua hari, tetapi para guru ternyata memprotes di dekat Kementerian Pendidikan Sudan.
"Kami mengorganisir sikap diam terhadap keputusan (Pemimpin kudeta, Jenderal Abdel Fattah) al-Burhan di luar Kementerian Pendidikan," kata Mohamed al-Amin, seorang guru geografi, kepada kantor berita AFP.
"Polisi kemudian datang dan menembakkan gas air mata ke arah kami meskipun kami hanya berdiri di jalan-jalan dan membawa spanduk," imbuhnya.
Di Khartoum Utara, pasukan keamanan berpatroli di jalan-jalan utama membawa tongkat dan granat gas air mata, tambah Reuters.
Baca juga: Kerusuhan Kudeta Sudan, Demonstran yang Terluka Sembunyi di Bawah Kasur saat Dicari Militer
Baca juga: Panglima Militer Sudan: Pemerintah Digulingkan untuk Cegah Perang Saudara
Penjelasan Singkat terkait Kudeta Sudan
Diberitakan BBC secara terpisah, kudeta yang terjadi di Sudan, di mana perdana menteri dan kabinetnya telah ditangkap dan pemerintah dibubarkan, disebut sebagai krisis terbaru dalam periode yang bergejolak di negara itu.
Di atas ketegangan politik, ekonomi Sudan telah berada dalam krisis yang mendalam, dengan inflasi yang tinggi dan kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Kudeta telah mengkhawatirkan banyak kekuatan internasional yang baru-baru ini menjalin hubungan dengan Sudan setelah bertahun-tahun terisolasi.
Baca juga: Aksi Protes Guncang Sudan Setelah Militer Rebut Kendali Lewat Kudeta
Baca juga: Upaya Kudeta di Sudan: Militer Tahan PM dan Pejabat, Internet Mati hingga Penerbangan Ditangguhkan