TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menggelar vaksinasi polio terhadap jutaan anak di Afghanistan.
Vaksinasi tersebut merupakan yang pertama sejak Taliban berkuasa di Afghanistan.
Program vaksinasi akan dilakukan selama empat hari.
Melansir Al Jazeera, program oleh Kementerian Kesehatan Masyarakat dan didukung oleh Taliban tersebut, bertujuan untuk mengatasi 3,3 juta anak yang tidak divaksinasi sejak 2018, terakhir kali petugas kesehatan dapat mengakses area terbatas di negara itu.
Meningkatnya pertempuran antara pasukan bekas pemerintah yang didukung Barat dan Taliban membuat vaksinasi semakin sulit selama tiga tahun terakhir.
Baca juga: Tak Ingin Bayinya Ikut Terdesak, Pasutri Afghanistan Menitipkannya ke Tentara AS, tapi Kini Hilang
Baca juga: Di Tengah Memanasnya Afghanistan, Pimpinan Taliban Ingatkan Ancaman Penyusup yang Lawan Pemerintah
Afghanistan tetap menjadi salah satu dari dua negara di mana penyakit ini masih endemik.
Negara lainnya adalah Pakistan.
Dengan Imarah Islam Taliban menguasai hampir seluruh negara, termasuk ibu kota, Kabul, ada harapan baru bahwa anak-anak bangsa dapat menerima suntikan tanpa takut akan keselamatan keluarga mereka.
Farida, seorang ahli vaksin di kota Kabul, mengatakan bahwa dia telah menunggu selama tiga tahun terakhir untuk memulai pekerjaannya.
Wanita berusia 26 tahun itu menghabiskan waktunya untuk memvaksinasi anak-anak dari rumah ke rumah di kota, Senin (8/11/2021).
Dia mengatakan rencana awal mereka adalah agar tim menyebar ke seluruh ibu kota untuk menjangkau sebanyak mungkin keluarga.
Awalnya, tujuan mereka adalah agar setiap tim mengunjungi setidaknya 100 rumah setiap hari, tetapi dia mengatakan kepadatan penduduk di pusat kota Afghanistan membuat beberapa tim harus menggandakan target harian mereka.
Farida mengatakan, sejauh ini sebagian besar keluarga menunjukkan sedikit keraguan terhadap vaksinasi.
“Beberapa keluarga hanya kekurangan pendidikan. Namun, yang lain percaya banyak informasi (vaksinasi) salah yang mereka dengar dari orang lain," katanya kepada Al Jazeera.