Dalam situs resminya, PBB baru-baru ini mengatakan bahwa lebih dari setengah dari hampir 40 juta orang di Afghanistan menghadapi kelaparan akut.
Satu juta anak-anak bisa meninggal karena musim dingin yang keras.
PBB juga memperingatkan pada pertengahan 2022 sebanyak 97% dari negara itu bisa hidup dalam kemiskinan, naik dari sekitar 72% pada tahun 2020.
Masalah itu merupakan salah satu masalah kelaparan terburuk dalam beberapa dekade.
Runtuhnya ekonomi membuat banyak warga Afghanistan putus asa mencari makanan, dilansir DW.
Banyak warga menjual harta bendanya bahkan anak-anaknya hanya untuk bisa makan.
Akhund menyebut kelaparan itu sebagai "ujian dari Tuhan, setelah orang-orang memberontak melawan."
Saat ini, AS dan negara-negara lain menolak untuk mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan yang sah.
Mereka mengakhiri bantuan yang berjumlah sekitar 75% dari ekonomi.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional juga mengakhiri pinjaman internasional.
Negara-negara Barat berjanji untuk mempertahankan blokade ekonomi mereka terhadap penguasa baru Afghanistan sampai Taliban menciptakan pemerintahan yang inklusif dan mengakui hak-hak perempuan.
Semua 53 anggota kabinet Akhund adalah laki-laki, dan berasal dari jajaran Taliban.
Kabinet didominasi oleh etnis Pashtun, kelompok mayoritas di negara ini.
Akhund mengklaim Imarah Islamnya yang baru didirikan memiliki anggota dari seluruh negeri.