Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Sains dan Teknologi mengatakan, masyarakat menghadapi risiko nyata dari ancaman dunia maya "termasuk paparan kehidupan pribadi, serangan ransomware, dan penutupan perangkat rumah".
Kim Nam-seung, wakil direktur yang bertanggung jawab atas keamanan siber di kementerian, mengatakan insiden itu menunjukkan orang-orang yang tinggal di flat perlu waspada tentang keamanan online mereka.
"Insiden ini menarik perhatian publik karena perangkat wall pad, bukan komputer rumah atau ponsel, diretas, dan privasi rumah dilanggar secara luas," kata Kim.
"Ini juga menyoroti pentingnya pengguna menghindari kata sandi yang mudah ditebak, mengunduh pembaruan patch keamanan secara teratur, dan menggunakan produk yang didukung pemerintah dengan dinding keamanan yang kokoh."
Pemerintah Korsel kini meminta perusahaan konstruksi untuk memutuskan tautan sistem smart home untuk setiap flat.
Ini dilakukan untuk mencegah hacker mengakses perangkat di seluruh bangunan tempat tinggal melalui satu sumber.
Pada 2018 lalu, dua mahasiswa pascasarjana ilmu komputer diminta pemerintah provinsi Gyeongsang Selatan untuk meretas jaringan smart home di sebuah gedung apartemen baru untuk menguji keamanannya.
Baca juga: Begini Upaya IndiHome Dukung Pemerataan Akses Internet se-Indonesia di Tengah Pandemi
Baca juga: 5 Smartphone yang Mungkin Rilis di Desember 2021 dan Tahun Depan, Ada Xiaomi 12 & iPhone SE 2 Plus
Keduanya berhasil membobol sistem itu hanya dalam satu hari.
Bahkan dua mahasiswa tersebut mampu membuka pintu rumah, mengintip rumah lain melalui kamera, hingga mengubah suhu pemanas.
Menyusul laporan ini, Kementerian Sains dan Teknologi menyarankan warga agar membuat kata sandi unik dan diperbaharui secara teratur.
Para ahli juga menyarankan agar menutup kamera saat tidak digunakan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)