News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pfizer dan Moderna Kembangkan Vaksin Covid-19 dan Booster untuk Tangani Varian Omicron

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksinasi

“Ini berarti kita perlu membuat vaksin baru,” kata Bourla, seperti dilansir dari Alarabiya.

Baca juga: Varian-varian Covid-19 yang Telah Terdeteksi, Berikut Perbedaan Omicron dengan Varian Lainnya

Baca juga: Kebijakan Tutup Pintu Internasional Dinilai Tepat Cegah Varian Omicron

“Jumat kami membuat template DNA pertama kami, yang merupakan kemungkinan pertama dari proses pengembangan vaksin baru,” katanya.

Bourla menyamakan situasi dengan skenario awal tahun ini ketika Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech mengembangkan vaksin dalam 95 hari.

Ketika itu, katanya, ada kekhawatiran bahwa formula sebelumnya tidak akan bekerja melawan Delta, meskipun versi itu pada akhirnya tidak digunakan.

Menurutnya, vaksin saat ini sangat efektif terhadap Delta. Perusahaannya berharap dapat memproduksi empat miliar dosis vaksin pada tahun 2022.

Johnson & Johnson juga mengatakan pada hari Senin (29/11/2021)  bahwa “mereka mengerjakan vaksin varian khusus Omicron dan akan mengembangkannya sesuai kebutuhan.”

Baca juga: Dua Pasien Varian Omicron Covid-19 di Sydney, Berasal dari Afrika Selatan dan Transit di Singapura

Baca juga: Dokter Afrika Selatan yang Temukan Kasus Omicron Jelaskan Gejala Varian Ini, Lelah dan Nyeri Tubuh

Pada hari Senin (29/11/2021), Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan varian baru Covid-19 Omicron menimbulkan risiko sangat tinggi secara global.

Bourla mengatakan dia juga sangat yakin bahwa pil antivirus Pfizer yang baru-baru ini diluncurkan akan bekerja sebagai pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh mutasi, termasuk Omicron.

Di antara pasien yang baru terinfeksi dan berisiko tinggi yang dirawat dalam waktu tiga hari sejak timbulnya gejala, pil Pfizer telah terbukti mengurangi rawat inap atau kematian hingga hampir 90 persen. (Tribunnews.com/CNBC/Alarabiya/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini