TRIBUNNEWS.COM - Kota di Israel, Tel Aviv dinobatkan sebagai kota termahal di dunia untuk ditinggali, menurut survei tahunan majalah Economist.
Tel Aviv diketahui telah mengambil posisi pertama dari Paris yang turun ke tempat kedua, disusul Singapura.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Worldwide Cost of Living Survey dari Economist Intelligence Unit pada Rabu (1/12/2021), Tel Aviv naik peringkat sebagian karena kekuatan mata uang nasional Israel, shekel, terhadap dolar AS.
Selain itu, kenaikan harga untuk transportasi dan bahan makanan juga mempengaruhi biaya hidup di Tel Aviv.
Adapun biaya hidup yang tinggi telah menjadi masalah yang terus-menerus terjadi di Tel Aviv.
Baca juga: Tel Aviv Geser Paris Jadi Kota Termahal di Dunia untuk Ditinggali
Pada tahun 2011, sebuah 'tent revolution' melihat anak-anak muda Israel marah pada kenaikan tajam dalam sewa mendirikan tempat penampungan di Rothschild Boulevard kelas atas di jantung kota.
Satu dekade kemudian, tenda-tenda itu hilang tetapi harga yang melonjak tetap ada.
"Protes itu memiliki efek sementara," kata Asher Blass, mantan kepala ekonom di Bank of Israel.
Asher Blass mengatakan, peringkat Tel Aviv tahun ini terutama karena mata uang lokal yang kuat.
Bulan lalu, shekel mencapai level tertinggi 25 tahun terhadap dolar.
Baca juga: Libur Akhir Tahun, Menparekraf: Destinasi Wisata Boleh Buka Tapi Dibatasi
Karena biaya perumahan dan kebutuhan pokok lainnya seperti bahan makanan telah meningkat, pertumbuhan upah menjadi tidak merata.
Masih banyak yang harus dilakukan dalam membuka persaingan untuk barang-barang seperti hasil pertanian untuk menurunkan harga, kata Blass.
10 Kota Termahal di Dunia
Berikut daftar 10 kota dengan biaya termahal untuk ditinggali, dikutip dari Aljazeera:
1. Tel Aviv, Israel
2. Paris, Prancis
3. Singapura
4. Zürich, Swiss
5. Hongkong
6. New York City
7. Jenewa, Swiss
8. Kopenhagen, Denmark
9. Los Angeles, California
10. Osaka, Jepang
Sementara itu, Damaskus, Ibu Kota Suriah menduduki peringkat kota termurah di dunia untuk ditinggali.
Pembatasan akibat pandemi Covid-19 telah mengganggu pasokan barang, menyebabkan kekurangan dan harga yang lebih tinggi, kata Upasana Dutt, kepala biaya hidup di seluruh dunia di The EIU.
"Kita dapat dengan jelas melihat dampaknya dalam indeks tahun ini, dengan kenaikan harga bensin yang sangat mencolok," katanya, sementara ank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan hati-hati, mengurangi inflasi.
Angka inflasi rata-rata tidak termasuk empat kota dengan tingkat yang sangat tinggi, di antaranya Caracas, Damaskus, Buenos Aires dan Teheran.
Lebih lanjut, Teheran naik dari peringkat 79 ke peringkat 29 karena sanksi AS telah mendorong kenaikan harga dan menyebabkan kelangkaan.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)