TRIBUNNEWS.COM – Protes anti-kudeta yang berlangsung di Yangon, Minggu (5/12/2021), menjadi bentrok kekerasan.
Pasukan keamanan Myanmar menabrakkan sebuah mobil ke para demonstran. Empat orang meninggal dunia, dan seorang lainnya luka ditembak.
Dilansir dari Channel News Asia, portal berita lokal Myanmar Now melaporkan bahwa sedikitnya 15 orang lainnya ditangkap pasukan keamanan.
Saksi mata di tempat kejadian mengatakan kepada Reuters, puluhan orang terluka. Foto dan video di media sosial menunjukkan kendaraan yang menabrak pengunjuk rasa dan mayat tergeletak di jalan.
Protes lain juga dilakukan di Yangon pada sore hari meskipun terjadi kekerasan pada protes di pagi hari.
Baca juga: Pengunjuk Rasa Anti-Kudeta Myanmar & Pelayat Turun ke Jalan di Tengah Laporan Pembunuhan di Yangon
Baca juga: PBB Tunda Permintaan Ganti Utusan Junta Myanmar dan Taliban
Protes anti-militer terus berlanjut meskipun pembunuhan lebih dari 1.300 orang sejak kudeta 1 Februari.
Protes yang tersebar seringkali merupakan kelompok kecil yang menyuarakan penentangan terhadap penggulingan pemerintahan terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan kembalinya kekuasaan militer.
Dalam insiden tersebut, protes "flash mob" di Yangon, kota terbesar di Myanmar, dihadang beberapa menit setelah dimulai.
“Saya tertabrak dan jatuh di depan truk. Seorang tentara memukuli saya dengan senapannya, tapi saya melawan dan mendorongnya ke belakang. Kemudian dia langsung menembak saya saat saya kabur dengan pola zig-zag. Untung saya lolos,” ujar seorang pengunjuk rasa kepada Reuters, dan meminta identitasnya tidak disebutkan.
Sejumlah saksi menyebutkan, sebuah mobil yang ditumpangi tentara menabrak kerumunan pengunjuk rasa dari belakang.
Baca juga: Pengadilan di Myanmar Menunda Vonis Pertama untuk Pemimpin yang Dikudeta Militer Aung San Suu Kyi
Baca juga: 15 Negara Anggota DK PBB Desak Myanmar Hentikan Kekerasan
Setelah itu, mereka mengejar pengunjuk rasa yang tercerai beai, menangkap dan memukuli mereka.
“Beberapa orang terluka parah dengan luka di kepala dan tidak sadarkan diri,” ujar saksi di lokasi.
Pemerintah bayangan oposisi mengatakan bahwa sangat sedih melihat pengunjuk rasa damai diserang dan ditembak mati.
"Kami akan sangat menanggapi militer teroris yang secara brutal, tidak manusiawi membunuh para pengunjuk rasa damai yang tidak bersenjata," kata kementerian pertahanan Pemerintah Persatuan Nasional dalam sebuah pernyataan di media sosial setelah serangan hari Minggu (5/12/2021).