Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Presiden Universitas Nihon, Hidetoshi Tanaka (74) ditangkap polisi 29 November lalu karena dicurigai melanggar Undang-Undang Pajak Penghasilan yakni penggelapan pajak sekitar 53 juta yen.
Rumahnya digerebek penyidik Departemen Investigasi Khusus kepolisian Jepang dan ditemukanuang tunai senilai 100 juta yen.
"Penanggapan tersebut dilatarbelakangani bulan madu antara Tanaka dengan para anggota gengster Jepang," papar wartawan Nobuhiko Nishizaki, yang melaporkan lewat majalah Shukan Bunshun baru-baru ini.
Bulan Februari 2014, "Weekly Bunshun" memposting foto Ketua Sumiyoshi-kai Hareaki Fukuda (saat itu), mantan eksekutif Universitas Nihon, dan Tanaka berdampingan.
Tahun berikutnya, media asing melaporkan foto Kenichi Shinoda (Shinobu Tsukasa) Kepala generasi keenam Yamaguchi-gumi dan Tanaka meringkuk mesra di sebuah klub di Nagoya.
Selain itu, pemotretan dua kali dengan Tanaka dan Iwao Yamamoto (almarhum), yang merupakan anggota senior Kodo-kai, yang merupakan bos dari Tsukasa, yang juga merupakan presiden dari keluarga Sasaki di bawah asosiasi.
Dengan latar belakang hubungan semacam itu dengan para gangster, Tanaka dikatakan telah mendominasi Universitas Nihon dan anak perusahaannya Divisi Universitas Nihon dengan ketakutan dan membentuk sistem kediktatoran.
"Ada beberapa master dari Universitas Nihon yang dibesarkan oleh Tanaka dalam gulat sumo. Misalnya, ketika seorang master membuka ruangan, Kiyoshi Takayama, yang nantinya akan menjadi kepala muda Yamaguchi-gumi, muncul di festival peletakan batu pertama saat hujan," ungkap sebuah sumber dari dalam Universitas Nihon.
Baca juga: Menlu Hayashi Berharap Indonesia Bisa Membantu Memulangkan Warga Jepang Korban Penculikan Korut
Takayama kini adalah orang nomor dua setelah Tsukasa di Yamaguchi-gumi (Wakagashira).
Pada tahun 2005, Tsukasa ditunjuk sebagai Ketua generasi keenam dari Yamaguchi-gumi.
Tetapi di sisi lain, ia menghadapi persidangan yang panjang atas dugaan kolusi kepemilikan pistol secara ilegal bersama para anggota pada tahun 1997.
Dia dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Agung pada bulan Desember 2005, dan dalam prosesnya, sebuah "pernyataan pendapat" diajukan untuk membela Tsukasa.
"Itu dibuat oleh seorang sarjana konstitusi, Profesor Setsu Kobayashi dari Universitas Keio (pada waktu itu), dan Tanaka yang mengaturnya. Saya membawanya keluar. Takayama sedang menunggu di sana dan meminta saya untuk menulis sebuah tulisan pendapat," ungkap sumber kenalan Tanaka.