TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis dari Myanmar, Ko Soe Naing dilaporkan telah meninggal dalam tahanan militer, menurut rekan-rekannya dan seorang teman keluarganya.
Ko Soe Naing adalah jurnalis pertama yang diketahui tewas dalam tahanan sejak militer merebut kekuasaan dari Aung San Suu Kyi pada Februari.
Ko Soe Naing, yang adalah seorang desainer grafis serta jurnalis lepas, ditangkap pada hari Jumat ketika dia dan seorang rekannya berada di pusat Kota Yangon untuk mengambil foto dalam aksi 'serangan senyap' yang diserukan oleh penentang militer.
Serangan senyap adalah aksi protes nasional terbesar dalam beberapa bulan terakhir, di mana jalan-jalan hampir kosong, orang-orang tinggal di rumah dan bisnis tutup selama enam jam.
Lebih lanjut, setelah penangkapannya, Ko Soe Naing dikirim ke pusat interogasi militer di Kotapraja Botahtaung Timur Yangon, kata rekan-rekannya yang mengetahui kasusnya.
Baca juga: Junta Myanmar Blokir Bantuan untuk Jutaan Orang, Memperburuk Bencana yang Diciptakan Sendiri
Baca juga: AS Beri Sanksi Besar Terhadap China, Myanmar, dan Korea Utara Terkait Hak Asasi Manusia
Situasi saat fotografer yang ditangkap bersamanya tidak diketahui.
Keluarganya diberitahu pada Selasa pagi bahwa Ko Soe Naing meninggal di Rumah Sakit Umum Layanan Pertahanan di Kotapraja Mingaladon Yangon.
Ko Soe Naing meninggalkan seorang istri, yang tidak dapat dihubungi, dan seorang putra berusia empat tahun.
Jenazah Ko Soe Naing dikremasi pada hari yang sama di Pemakaman Yay Way Yangon di Kotapraja Okkalapa Utara.
Teman keluarga Ko Soe Naing mengatakan, pihaknya tidak diberitahu apakah jasadnya memiliki luka atau tidak.
Namun, situs berita Irrawaddy mengutip sebuah sumber yang mengatakan bahwa Ko Soe Naing dalam keadaan sehat sampai kematiannya dilaporkan.
Dugaan Penyiksaan
Dikutip dari Aljazeera, Ko Soe Naing bukanlah tahanan pertama yang meninggal dalam tahanan pemerintah.
Tidak ada jumlah yang jelas, tetapi beberapa orang yang dilaporkan tewas saat dalam tahanan adalah aktivis politik dan anggota partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.