TRIBUNNEWS.COM – Mantan presiden Afghanistan, Hamid Karzai, mengungkapkan hari-hari terakhir ibu kota Afghanistan dikuasai Taliban pada Agustus 2021.
“Taliban tidak merebut ibu kota Afghanistan, mereka “diundang,” ujar Karzai, dalam wawancara dengan Asossciated Press (AP) pada Rabu (15/12/2021), seperti dilansir dari Russia Today.
“Langkah itu adalah satu-satunya cara untuk melindungi penduduk sehingga negara, kota, tidak jatuh ke dalam kekacauan dan elemen-elemen yang tidak diinginkan yang mungkin akan menjarah negara, menjarah toko-toko," kata Karzai.
Hamid Karzai (63) menjadi presiden Afghanistan antara 2001 dan 2014, masih tetap menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di negara itu.
Pada bulan Agustus, katanya, ia terlibat dalam perundingan kesepakatan pembagian kekuasaan antara kelompok radikal dan pemerintahan Ashraf Ghani.
Baca juga: Petinggi Taliban Bertemu Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul
Baca juga: Macron: Prancis dan Eropa Akan Buka Misi di Afghanistan, Tapi Bukan Pengakuan Diplomatik
Pada saat itu, di lapangan, pasukan Taliban menguasai Afghanistan dalam hitungan minggu dan semakin mendekati Kabul.
Taliban memanfaatkan momen penarikan pasukan AS dari Afghanistan, dengan tenggat waktu 31 Agustus.
Hamid Karzai bersikeras bahwa kesepakatan damai akan tercapai pada 14 Agustus.
Presiden Ghani setuju untuk datang ke Qatar, Doha, pada hari berikutnya untuk bertemu dengan perwakilan Taliban.
Menurut Karzai, ketegangan tinggi terjadi di Kabul pada 15 Agustus, karena penduduk setempat khawatir bahwa ibu kota akan diserbu.
Baca juga: Akun Facebooknya Diretas, Presiden Afghanistan Terguling Ashraf Ghani Bantah Dukung Taliban
Baca juga: Taliban Salahkan Ashraf Ghani yang Tinggalkan Afghanistan, Dianggap Jadi Penyebab Kekacauan Negara
Tetapi Karzai mengatakan bahwa Taliban meneleponnya di pagi hari.
Taliban mengatakan, “pemerintah (Ashraf Ghani, Red) harus tetap pada posisinya dan jangan pergi karena mereka (Taliban) tidak berniat memasuki kota.”
Pejabat pemerintah juga meyakinkan Karzai bahwa militer ingin mempertahankan kota. "Kabul tidak akan jatuh," katanya.
Namun situasi berubah drastic, kata Karzai, ketika Ashraf Ghani dan anggota cabinet utama melarikan diri dari Kabul sekitar pukul 14.45 waktu setempat.
Ashraf Ghani, yang dituduh mencuri uang dalam jumlah besar selama pelariannya, saat ini tinggal di UEA.
Baca juga: Sosok Jenderal Tentara Afghanistan Sami Sadat, Sebut Trump, Biden, dan Ashraf Ghani Pengkhianat
Baca juga: Muncul Pertama Kali Setelah Kabur, Ghani Bantah Bawa Lari Uang Tunai
“Sama sekali tidak ada pejabat yang hadir di ibukota, tidak ada kepala polisi, tidak ada komandan militer, tidak ada unit lain. Mereka semua telah pergi,” katanya.
Karzai menceritakan bahwa ia ditawari untuk datang ke istana dan mengambil peran presiden sendiri. Tetap ia menolak karena tidak ada alasan hukum baginya untuk melakukannya.
Sebaliknya, Karzai menyampaikan pidato yang disiarkan televisi dari kompleksnya di Kabul, dengan anak-anaknya di sisinya, “agar rakyat Afghanistan tahu bahwa kami semua ada di sini.”
“Jika bukan karena langkah gegabah Ghani, kesepakatan damai akan benar-benar ditandatangani,” ujar Karzai.
"Saya yakin para pemimpin Taliban juga menunggu kami di Doha untuk tujuan yang sama, untuk tujuan yang sama," ujarnya.
Baca juga: Setelah Diduga Kabur dari Taliban, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Ingin Kembali ke Negaranya
Baca juga: Taliban Sudah Menguasai Kabul, Ashraf Ghani Tinggalkan Afghanistan, Ingin Cegah Pertumpahan Darah
Tapi sekarang Taliban telah menguasai dan memerintah di Afghanistan. Karzai mengaku bertemu secara teratur dengan perwakilan Taliban selama empat bulan terakhir.
Ketika diminta untuk menggambarkan Taliban, Karzai mengatakan, mereka adalah “orang Afghanistan, tetapi orang Afghanistan yang telah melalui masa yang sangat sulit dalam hidupnya seperti yang telah dilakukan semua orang Afghanistan lainnya selama 40 tahun terakhir.”
Karzai meminta masyarakat internasional untuk terlibat dengan Taliban sehingga masalah Afghanistan dapat diselesaikan.
Karzai juga mendesak persatuan di dalam negeri, dengan mengatakan bahwa “pengakhiran itu hanya bisa terjadi ketika warga Afghanistan berkumpul, menemukan jalan keluar mereka sendiri.” (Tribunnews.com/Russia Today/Hasanah Samhudi)