Beberapa pekan lalu, kementerian meminta saluran televisi Afghanistan untuk berhenti menayangkan drama dan sinetron yang menampilkan aktor wanita.
Ia juga meminta jurnalis TV perempuan mengenakan jilbab saat presentasi.
Muhajir mengatakan, jilbab juga akan diperlukan untuk wanita yang mencari transportasi.
Definisi jilbab oleh Taliban adalah yang dapat berkisar dari penutup rambut hingga cadar atau penutup seluruh tubuh.
Untuk diketahui, sebagian besar wanita Afghanistan sudah mengenakan jilbab.
Human Rights Watch mengecam pedoman terkait tahanan perempuan.
“Orde baru ini pada dasarnya bergerak lebih jauh ke arah membuat tahanan perempuan,” kata Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan kelompok itu.
“(Tahanan perempuan) menutup peluang bagi mereka untuk dapat bergerak dengan bebas, bepergian ke kota lain, melakukan bisnis, (atau) dapat melarikan diri jika mereka menghadapi kekerasan di rumah,” tambah Barr.
Awal bulan ini, Taliban mengeluarkan dekrit atas nama pemimpin tertinggi mereka yang menginstruksikan pemerintah untuk menegakkan hak-hak perempuan, tetapi tidak menyebutkan akses anak perempuan ke pendidikan.
Pada hari Minggu (26/12/2021), Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan, Abdul Baqi Haqqani mengatakan, pihak berwenang sedang membahas masalah ini.
“Imarah Islam tidak menentang pendidikan perempuan tetapi menentang pendidikan bersama,” kata Haqqani kepada wartawan.
“Kami sedang bekerja untuk membangun lingkungan Islami, di mana perempuan bisa belajar, mungkin perlu waktu,” katanya.
Namun dia tidak merinci kapan anak perempuan bisa kembali ke sekolah dan universitas di seluruh negeri.
Baca juga: Jepang akan Beri Sumbangan 100 Juta Dolar AS untuk Afghanistan
Baca juga: 23 Juta Rakyat Afghanistan Hadapi Ancaman Kelaparan
Hak-hak perempuan sangat dibatasi selama masa kekuasaan Taliban sebelumnya pada 1990-an.