TRIBUNNEW.COM - Korea Utara menggelar rapat paripurna Senin (27/12/2021).
Rapat tersebut beragendakan meninjau proyek yang telah berjalan serta mendiskusikan kebijakan baru di tengah pandemi.
Kebuntuan hubungan politik dengan Amerika Serikat juga menjadi isu utama, Associated Press melaporkan.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengatakan pada hari Selasa bahwa Kim Jong Un memimpin rapat pleno Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa.
Rapat pleno menjadi salah satu agenda pembuat keputusan tingkat tertinggi di Korea Utara.
Baca juga: Kim Jong Un Larang Warga Korea Utara Tertawa hingga Belanja selama 11 Hari, Peringati Kematian Ayah
Baca juga: Korea Selatan Izinkan Penggunaan Pil Paxlovid Pfizer, Jadi Obat Oral Covid-19 Pertama
Kim Jong Un sebelumnya menggunakan rapat pleno untuk mengumumkan posisinya tentang hubungan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan atau program nuklir negaranya.
Tidak diketahui berapa lama pertemuan ini akan berlangsung.
Pada tahun 2019, rapat paripurna serupa dilaksanakan selama empat hari.
Pertemuan itu juga sekaligus menandai 10 tahun Kim Jong Un berkuasa.
Sejak kematian ayahnya, Kim Jong Il, pada Desember 2011, Kim Jong Un disebut telah membangun kekuatan absolut di dalam negeri.
Ia juga membentengi persenjataan nuklir dan rudal Korea Utara.
Akibat ekonomi memburuk karena pandemi virus corona, adanya sanksi PBB dan mismanajemen, beberapa ahli mempertanyakan cengkeraman Kim pada kekuasaan.
Setelah serangkaian uji coba nuklir dan rudal pada 2016-2017, Kim Jong Un berpartisipasi dalam serangkaian pembicaraan penting dengan Presiden Donald Trump untuk membahas masa depan gudang senjatanya.
Namun pembicaraan itu gagal pada 2019 karena perselisihan tentang berapa banyak potongan sanksi yang akan diperoleh Korea Utara sebagai imbalan atas langkah-langkah menuju denuklirisasi parsial.
Warga Korea Utara Dilarang Tertawa dan Mabuk-mabukan selama Peringatan Kematian Kim Jong Il
Warga Korea Utara dilarang tertawa atau minum alkohol selama 11 hari untuk memperingati 10 tahun kematian mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Il.
Otoritas telah memerintahkan masyarakat untuk tidak menunjukkan kebahagiaan saat peringatan kematian ayah Kim Jong Un itu.
Kim Jong Il mulai memerintah Korea Utara pada tahun 1994 hingga kematiannya pada 17 Desember 2011.
Kim Jong Il meninggal saat melakukan perjalanan menggunakan kereta api.
Tampuk kekuasaan kemudian diberikan kepada putra ketiganya, Kim Jong Un, yang memimpin hingga saat ini.
Baca juga: Profil Kim Jong Un, Pemimpin Korea Utara yang Idolakan Michael Jordan
Baca juga: Apakah Korea Selatan Akan Segera Mengakhiri Perang Korea?
Untuk menghormati 10 tahun kematian Kim Jong Il, warga Korut diperintahkan untuk menjalani masa berkabung selama 11 hari.
Selama itu, warga dilarang tertawa atau minum-minuman keras.
"Selama masa berkabung, kita tidak boleh minum alkohol, tertawa, atau melakukan kegiatan rekreasi," kata seorang warga Korea Utara dari kota perbatasan timur laut Sinuiju kepada Radio Free Asia (RFA), dikutip dari Daily Mail.
Sumber ini mengatakan, warga juga dilarang berbelanja bahan makanan pada 17 Desember, hari Kim Jong Il meninggal.
"Di masa lalu banyak orang yang tertangkap minum atau mabuk selama masa berkabung ditangkap dan diperlakukan sebagai penjahat ideologis."
"Mereka dibawa pergi dan tidak pernah terlihat lagi," ujar sumber ini.
"Bahkan jika anggota keluarga Anda meninggal selama masa berkabung, Anda tidak diperbolehkan menangis dengan keras dan tubuh harus dibawa keluar setelah selesai."
"Orang-orang bahkan tidak bisa merayakan ulang tahun mereka sendiri jika ultahnya jatuh dalam masa berkabung," jelas sumber tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Ika Nur Cahyani)