TRIBUNNEWS.COM - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev menerima pengunduran diri dari kabinet pemerintah pada Rabu (5/1/2022), setelah terjadi protes akibat kenaikan harga bahan bakar.
Protes keras itu dipicu kenaikan harga bahan bakar yang mengguncang negara kaya minyak di Asia Tengah ini.
Dengan ini, Tokayev menunjuk Alikhan Smailov sebagai Perdana Menteri Republik Kazakhstan sementara, ungkap kantor presiden pada Rabu pagi.
Smailov sebelumnya menjabat wakil perdana menteri.
Untuk sementara, anggota pemerintah akan melanjutkan tugas hingga pemerintahan baru terbentuk.
Baca juga: Pansus RUU IKN Studi Banding ke Kazakhstan, Formappi Sebut DPR Tak Berikan Teladan kepada Rakyat
Baca juga: BBM Premium Batal Dihapus dari Peredaran, Jokowi: Distribusi Dapat Dilakukan di Seluruh Indonesia
Dilansir Reuters, protes besar meledak di alun-alun utama di Kota Almaty pada Selasa (4/1/2022) malam waktu setempat.
Polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah massa untuk membubarkan aksi.
Sementara itu, bentrokan juga terjadi di daerah lain di Kazakhstan.
Menyusul kerusuhan ini, Presiden Tokayev mengumumkan keadaan darurat di Almaty dan Provinsi Mangistau pada Rabu.
Presiden menilai demo didalangi provokasi dari internal serta pihak asing.
Adapun aksi protes dimulai dari kota penghasil minyak, Zhanaozen di Provinsi Mangistau, pada Minggu (2/1/2022).
Dilaporkan The Guardian, awal kemarahan masyarakat terjadi karena kenaikan tajam harga bahan bakar gas cair (LPG) yang digunakan untuk mobil.
Harganya naik hingga berlipat ganda hanya dalam hitungan hari.
Tokayev mengatakan, pemerintah akan memberlakukan batas harga 50 tenge (sekitar 8p) per-liter untuk LPG, kira-kira setengah dari harga pasar saat ini, di Provinsi Mangystau.